Minggu, 17 Juli 2011

Cerita ngentot mahasiswi habis kuliah


Cerita Dewasa ini merupakan kiriman dari salah seorang wanita yang sudah memiliki 2 anak dan meminta untuk tidak menyebutkan namanya. Kejadiannya sudah beberapa tahun yang lalu ketika dia kuliah semester 3 di sebuah Universitas swasta. Berpakaian seksi dan minim adalah mode dan trendy untuk seorang mahasiswi jurusan Ekonomi yang nantinya harus bisa berpenampilan seksi juga sebagai karyawati. Sebut saja Siska, perempuan yang menjadi primadona di kampusnya setelah salah seorang lelaki berhasil ngentot cewek mahasiswi ini sehabis kuliah. Tak pelak, cewek seksi ini digandrungi lelaki karena berasil memuaskan para lelaki hidung belang yang notabene adalah teman, kakak kelas bahkan adik kelasnya.
ngentot mahasiswi habis kuliah 150x150 Cerita ngentot mahasiswi habis kuliah
Suatu hari Siska harus mengikuti kuliah sore, karena jadwal seharusnya di pagi hari diundur karena kesibukan dosennya dalam menyelesaikan S3. Seperti biasa, tampilan trendy dan modes dan sekit minim dan seksi membalut tubuh putih mulus dan bersih dari sesosok cewek montok yang bernama Siska ini. Mata kuliah 90 menit dilakukan tanpa ada pelajaran, sang Dosen memilih meakukan Quiz. Alhasil seluruh Mahasiswa/i merasa bete karen ulah dosen ini. Dengan gontai Siska keluar ruangan, sama dengan temannya yang lain. Di lorong ruang kuliah, Siska yang tidak bergabung dengan teman cewek lainnya yang masih ngerumpi di ruang kelas. Begitu juga Doni, mencoba berlari kecil mengejar Siska untuk jalan bareng keluar gedung kuliah.
“Hei Sis,” Doni menyapa
“oh, Hai” dan Siskapun menoleh
“Gimana tadi? Sial Gue gak nyangka bakalan Quiz” geram Doni
“Iya sama” Siska menaikkan bahunya sembari kesal.
Akhirnya mereka sampai di lobi depan gedung kampus. Susana yang hampir sepi itu membuat Doni memberanikan diri bertanya kepada Siska,
“Sis, lu naik apa? Dijemput?”
“Hmm, ntar lagi kedepan mau cari taksi” jawab Siska.
Sontak saja Doni kemudian menawarkan mengantar Siska yang Apartemennya lumayan tidak jauh dari Kampus.
“Ok, lu tunggu disini saja ya, gue anterin. tunggu gue ambil mobil dulu di parkiran,” sambar Doni sambil berlalu.
Siskapun tidak bisa menolak ajakn Doni yang berlalu begitu saja.
Tak lama Honda Jazz merah menghampiri Siska, pintu kiripun terbuka dan Doni mengajak Siska untuk naik dari dalam mobilnya. Tanpa pikir panjang pula, Siska naik ke mobil Doni. Kemudian berlalu dari Kampus.
Tak berselang lama, sampai juga mereka di apartemen Siska. Siska kemudian mengajak Doni untuk mampir ke Apartemennya.
“Mampir dulu Don,” ajak Siska
“Ah, ga’ enak ah, takut gue ganggu nanti” sela Doni malu
“Ga’ apa apa kok, gue lagi sendirian adik gue lagi keluar kota” jawab Siska
“Ooo… jadi lu sama adik lu tinggal disini, ok dech klo gak ganggu ajah” Doni sumringah mendegarnya
“Oke kalau begitu kita ke parkiran saja. Nanti masuk lewat lift di parkir saja” sambil Siska menunjukkan arah parkir.
Di dalam lift, Doni sudah mulai berdebar ketika melihat tubuh montok Siska yang liuknya tersamarkan oleh lampu lift. Apalagi ketika Siska mengatakan kalau dia sedang sendirian di apatemen ini. Obrolan Siska yang menggoda serta suara kikuk Doni mulai membuat suasana menjadi mesum. Sampai di pintu kamar Siska, Doni mulai menunjukkan salah tingkahnya. Pintu kamar telah terbuka, semerbak harum ruangan menyapa Doni. Siska mempersilahkan Doni masuk. Ruangan yang rapi dan bersih membuat Doni merasa nyaman.
“Duduk Don, sorry lho ngerepotin,” sahut Siska sambil menaruh tas dan beberapa bukunya, “Minum apa Don, soft drink?” Siska berlalu menuju dapur sembari menggapai remote AC dan menyetel ke mode dingin sekali.
“Boleh Sis,” sahut Doni tak berhenti menatap goyangan pantat Siska yang gemulai.
Doni hanya bisa terduduk di sofa berwarna ungu. Tak bisa melakukan apapun. Dan tak lama Siska datang membawa dua gelas soft drink dan duduk di tepat sebelah Doni.
“Sorry Don, gerah banget, jadi biasa harus didinginkan dulu” sambil membuka beberapa kancing bajunya. Dan terlihatkah belahan dada yang menggebung dari toket montok Siska. Doni tidak menjawab, matanya melotot melihat belahan dada itu tanpa berkedip sedikitpun. Siska yang merasa diperhatikan, mulai menutup sedikit dan menyadarkan badannya di sofa itu, sambil meminum soft drinknya.
“Minum Don, jangan bengong gitu ntar kemsambet beneran” goda Siska
“eh, iya… ” Doni sedikit kikuk.
“emang adik lu gak balik malam ini?” tanya Doni memastikan
“yach paling besok, itupun sore” jawab Siska sembari membenahi rambutnya yang terlepas dari ikatannya.
Doni dengan sigap mencoba mengambil ikat rambut yang jatuh di sela sandaran sofa dan punggung Siska. Namun Siska keburu menjatuhkan badannya ke sandaran sofa dan akhirnya tangan Doni terjepit.
“Eh maaf, maaf” sela Siska sembari menarik punggungnya.
“oh, ga apa-apa sis”
Namun tangan Doni masih menempel dan mengikuti gerak punggung Siska. Tangan Doni terus menempel di punggung Siska dan semakin erat menempel, meskipun Siska menggerakkan tubuhnya berusaha untuk melepaskan tangan Doni. Namun usaha itu sia-sia.
“Tangan lu ngapain, Don?” seru Siska
Doni terdiam dan mencoba untuk mendorong tubuh Siska ke sandaran tangan sofa di ruang tamu Siska dengan tangan satunya lagi. Siska tidak kuasa menolaknya dan akhirnya diapun terbaring di sofa itu dan di atasnya dia lihat wajah Doni yang sudah siap-siap menghujani wajah dan melumat bibir Siska. Secara otomtis tangan Doni terlepas dan mulai meraba dan mencoba masuk ke dalam rok Siska. Doni pun sudah bisa merasakan kalau renda-renda celana dalam yang dipakai Siska.
Tanpa pikir panjang dia gerakkan tangannya di belahan tipis memek Siska secara perlahan. Siska berdesah dan mencoba berkata, “assshhhh… Don… lu na…” Belum habis Siska berkata, Doni melumat bibir Siska sehingga Siska tidak bisa berkata apa lagi. Tubuh seksi Siska menggeliat menikmati dan merasakan nikmatnya gempuran mesra yang dilayangkan Doni.
Namun ditengah kenikmatan, Siska mendorong keras tubuh Doni. Doni terkejut dan terdiam serta merasa bersalah.
“Sorry Don, gue kunci dulu pintunya. Biasa tetangga sering datang nyelonong begitu saja ngajak ngerumpi bareng.” Siska pun bergegas bagun dan mendekati pintu dan menguncinya. Sementara Doni tampak sibuk membenahi celananya yang sudah mulai sesak. Tanpa diduga, Siska sudah didepannya dan gantian, Siska mendorong tubuh Doni hingga terbaring. Dan Siska langsung membelai daerah vital Doni sehingga Doni tampak menggeliat kenikmatan. Sambil tersenyum Siska mulai membuka ikat pinggang dan resleting celana Jeans Doni. Tampak boxer warna hitam mulai menggelembung keatas. Tangan Siska mencoba masuk ke dalam boxer itu dan mebelai penis Doni. “Adik lu lumayan juga,” bisik Siska. Doni tersenyum dan mencoba membantu Siska melepaskan celana dan boxer yang dipakainya. Siska sepertinya sudah tak sabar lagi, tanpa diminta penis Doni sudah dilumatnya dan sesekali menjilatnya. Doni pun kegelian dan dalam kegeliannya itu dia berusaha untuk membuka satu persatu baju yang dipakai Siska sembari penasaran melihat montoknya toket Siska yang tampak gede itu. Siskapun mengerti apa yang diinginkan Doni. Siska berhenti melumat dan menjilat penis Doni dan mulai satu persatu pakaian ia tanggalkan sehingga Doni tidak melihat sehelai benangpun membalut tubuh yang molek itu. Doni memegang buah dada Siska sambil berguman montok sekali toket Siska. Sedangkan Siska mencoba untuk mengambil posisi diatas Doni yang dari tadi memijat dan menyentil puting susu toket gede montok. Penis Doni semakin mengeras ketika mulai bergesekan dengan bibir vagina Siska yang mulai mencoba melumat bibir Doni. Namun Siska memang sengaja terus menggesekkan Vaginanya di Penis Doni sembari menikmati melumat bibir Doni.
Tak lama berselang, Doni akhirnya memegang pinggul Siska dan mencoba mengajak vagina Siska untuk melumat penisnya. Siska kemudian menjulurkan tangannya kebawah dan memegang penis Doni dan menggiringnya tepat ke bibir vaginanya. Doni yang sudah merasakan kalau posisi sudah pas mantab mulai menarik pinggul Siska ke bawah dan jleb… secara perlahan masuklah penis Doni ke vagina Siska.
“Arrhhh… Asshhh…” Siska meringis.
Tangan Doni mulai memeluk erat pinggul dan meraba pantat Siska ketika Siska mulai secara perlahan menggoyangkan pinggulnya sehingga terjadi gesekan yang menggairahkan.
Sampai akhirnya, Siska tampak mempercepat goyangannya sembali merintih kenikmatan dan akhirnya cairan kental vagina keluar. Siska mulai melabatkan goyangannya dan mulai terkulai lemas diatas tubuh Doni.
Doni dengan sigap membalikkan tubuh dan berganti posisi. Dia mulai menarik kaki Siska dan menaruh betis Siska di bahunya, terlihat vagina basah Siska siap menerima gempuran penis Doni dan tanpa pikir panjang Doni memasukan penisnya yang masih tegang. Siska yang sudah merasakan klimaks labat laun mulai menikmati alunan gesekan yang dilakukan Doni. Donipun semakin cepat menggoyangkan pinggangnya dan dia segera mencabut penisnya dan ngecret diatas perut Siska. Donipun merasakan kepuasan begitu pula degan Siska.
Doni yang terengah menggapai Soft Drink yang masih tersisa. Sementara Siska terbaring lemas sambil menatap manja Doni.
“Don, lu tidur disini saja. Lu pasti capek. Besok pagi gue bangunin deh” pinta Siska manja.
Donipun menganggukkan kepalanya sembari menghela nafasnya
Mandi kucing
Umum
Pada hari Sabtu, aku masuk ke sebuah warnet dan langsung meng-klik mIRC, program chatting. Aku sengaja memakai nama yang agak ‘menjurus’ porno, lick_your_. Nama ini diilhami oleh sebuah film VCD porno yang kutonton beberapa waktu lalu, film tentang oralseks dan semacamnya. Seperti biasa, yang menyapa selalu nickname pria, dan sesungguhnyalah hal itu menyebalkan, maka nickku kuganti, M_want_lick. Tetapi setelah lebih dari 30 menit, tak satupun ada nick yang menyapaku, ah, sialan memang. Akhirnya aku iseng-iseng mengklik beberapa nick yang mungkin kepunyaan perempuan. Tetapi tak satupun membalas. Ah, barangkali mereka ngeri melihat nickku. Tetapi aku tak putus asa, aku terus-menerus mencari hingga setelah hampir satu jam barulah ada balasan dari nick, julia_^ Dan dimulailah pembukaan klise yang membosankan sebetulnya, seperti”Hi, asl? Kul/ker?, Kul di mn?, Di mana nih?, Lagi ngapain? Nama?”, Dan semacam itu. Tetapi pada akhirnya dia bertanya “Eh, Nickmu kok aneh?”. Karena pada dasarnya aku iseng saja memakai nick-ku itu, maka kujawab sekenanya”Ya itu menunjukkan keinginanku dong.” Lalu muncul emoticon tersenyum di layar komputer. Sejurus kemudian percakapan beralih ke soal seks. Nick yang mengaku bernama Julia ini katanya f 20 yk, masih kul dan belum pernah berhubungan seksual. Dari percakapan yang porno-porno ketahuan ternyata julia ini juga ingin mencoba merasakan orgasme dengan pria, namun katanya dia takut kalau perawannya hilang. Dia mengaku hampir setiap hari bermasturbasi, dan pernah sekali melakukan phonesex dengan seseorang. Aku jadi tertarik. Lantas dengan iseng-iseng kubilang kepadanya”Bagaimana kalau kubantu bermasturbasi tanpa ml?”. Pada mulanya dia ragu-ragu, tetapi, yang mengejutkanku, adalah jawabannya”Boleh? Kalau kamu mau.”. Seketika aku merasa ada getaran di perutku, ada sedikit birahi timbul karena pikiranku teringat kembali adegan VCD porno yang kutonton beberapa hari yang lalu. Singkat cerita, kami mengadakan semacam negosiasi perjanjian, dan saling bertukar nomer HP. Keputusannya adalah kami akan bertemu Minggu sore jam 3 di mall Malioboro. Pukul tiga sore hari, di sebuah resto cepat-saji, aku duduk menunggu perempuan yang mengaku bernama Julia. Sebenarnya aku merasa sedikit minder, karena barangkali aku tak terlalu charming, tak terlalu tegap, hanya lelaki biasa saja. Aku bertanya-tanya, apakah aku akan bertemu dengan sosok secantik bidadari, dengan pakaian ketat, payudara menonjol, berkulit putih mulus dengan bibir sensual? Ataukah aku akan bertemu dengan gadis gemuk, dengan bedak tebal dan rambut kriting? Hati dan pikiranku tegang membayangkan beragai kemungkinan penampilan dan wajah si perempuan yang mengaku bernama Julia. “Budi”, sebuah suara perempuan terdengar dari belakang.
Hatiku berdesir, sedikit panik. Aku tiba-tiba merasa takut ditolak, atau dilecehkan, dan kepala ini rasanya berat sekali untuk menoleh. Untunglah, perempuan itu lantas duduk di depanku. Ah, wanita yang ada didepanku ini ternyata tak segawat yang kubayangkan. Dia perempuan biasa, berkulit seperti kebanyakan dari kita, sawo matang, dengan rambut sebahu. Wajahnya biasa saja, payudaranya juga ukuran normal -mungkin ukuran 34. dan tubuhnya juga tak bahenol-bahenol amat. Tetapi karena dia memakai rok selutut yang ketat dan baju yang juga ketat, maka memandang lekuk tubuhnya saja sudah cukup untuk membuat birahi naik. Seperti biasa, selalu ada basa-basi dalam setiap percakapan. “Bagaimana kabarmu? Sudah lama? Mau minum dulu?” Dan beberapa basa-basi lainnya. Kami pesan minum. Lalu lima belas menit kami masuk ke pokok pembicaraan. “Masih ingat apa yang kita bicarakan kemarin di chatting?”, tanyaku. “Iya, mm, kamu serius kan?”, tanyanya sambil menatapku. sesungguhnyalah aku ragu-ragu, tetapi ada dorongan yang membuatku menjawab”Ya aku serius.” “Terus, di mana?”, tanyanya. Aku berpikir sejenak. Aku benar-benar tak punya tempat dan tak punya pengalaman sama sekali menghadapi keadaan seperti ini. Tetapi aku ingat bahwa di lokasi Parang Tritis ada beberapa losmen yang membebaskan penyewanya untuk melakukan apa saja. “Bagaimana kalau ke pantai, sekalian jalan-jalan?”, aku menawarkan kepadanya. “ke Parang Tritis? Naik apa?” “Motor” Dia tercenung sejenak, lalu dengan tersenyum dia menganggukkan kepalanya. Empat puluh menit kemudian kami sampai di pantai. Setelah memesan kamar, kami lantas berjalan-jalan ke pantai. Berbicara banyak hal, seperti layaknya orang pacaran. Kadang-kadang saling menggoda, tertawa, mencubit dan memeluk, atau bermain air. Pada pukul 6 sore kami lelah bercanda, dan memutuskan untuk ke kamar losmen. Kami berjalan sambil bergandengan tangan. Meski mentari telah terbenam, namun cahayanya masih tersisa sedikit hingga membuat lanskap pantai menjadi samar-samar. Kami berjalan berdempetan, tangannya memeluk pinggangku dan aku merengkuh bahunya. Tetapi kami hanya membisu, barangkali tenggelam dalam khayalan masing-masing. Sesampainya di kamar aku segera mandi. Setelah selesai gantian dia yang mandi. Pada saat ini aku memaki diriku sendiri”Bodoh Kenapa tak mandi bersama”. Ah, sudah terlanjur, Pintu aku kunci. Julia duduk di pinggir ranjang sambil menyisir rambutnya yang basah terurai. Aku memandang tubuhnya, yang masih berpakaian lengkap. Tetapi roknya yang selutut sedikit tersingkap. Ah, barangkali benar kata sebagian orang, baju yang tidak terlalu terbuka, yang hanya tersingkap, selalu lebih menggairahkan. Aku melirik ke pahanya yang mulus, karena roknya sedikit tersingkap ke atas. Pelan-pelan birahiku timbul. Aku pun mendekatinya. Lalu duduk di sampingnya. Dia berhenti menyisir rambut. Sambil berbisik aku katakan kepadanya”Bagaimana kalau kita wujudkan khayalan kita kemarin?” Dia tersenyum, menatapku lekat-lekat, lalu memejamkan matanya dengan dagu sedikit menengadah, Menurutku, inilah salah satu daya tarik perempuan, ekspresi wajahnya yang pasrah dan penuh harap selalu menyenangkan untuk dipandang. Aku tak langsung mendekapnya, hanya menikmati seluruh wajahnya yang sedikit tengadah, memandagi lekuk-lekuk bibir dan dagunya,
sampai akhirnya aku usap bibirnya dengan jemariku. Julia hanya membuka matanya sedikit, tetapi masih diam saja. Namun aku mendengar nafasnya sedikit memburu. Aku mulai memegang pahanya dengan tangan kiri, kuelus-elus ke atas sambil menyingkap roknya. Pada saat yang sama Julia juga memegang leherku, kali ini bibirnya sedikit di buka, dan lidahnya tampak bergerak-gerak di antara kedua giginya. Jari tanganku kumasukkan ke sela-sela bibirnya, dan dia mengulumnya. Kali ini tangan kiriku sudah merayap sampai ke pangkal paha, dan aku mulai mendaratkan bibirku di dahinya. Kemudian aku mulai mencium kedua matanya, pipinya, dan kemudian beralih ke daun telinganya. Kata orang telinga perempuan adalah salah satu titik sensitif, maka aku mencoba mengelitiknya. Kali ini aku menjilati belakang telinga. Mencium dan menghisapnya, kini aku mulai mendengar nafas Julia menjadi tak teratur. Aku lalu menelusuri lehernya dengan lidahku, kemudian lidahku merayap ke dagu, dan akhirnya aku mencium bibirnya. Lidah Julia sedikit menulur ketika aku hendak melumat bibirnya, karena itu aku lantas sentuhkan lidahku dengan lidahmnya, lalu menghisap lidahnya. Julia membalas dengan semangat dan lantas aku melumat semua bibirnya. Pada saat yang sama kedua tanganku mulai membuka pakaiannya. Setelah terbuka, aku lepaskan ciumanku, dan tanganku mulai merayap dari pusar, ke perut, dan akhirnya ke dadanya. Julai hanya diam menatap tanganku yang mengusap-usap semua bagian perut hingga dadanya, lalu dia membuka tali bra-nya. Kali ini payudaranya sama sekali tak tertutup. Aku mulai mengelus-ngelus payudaranya, dan sesekali meremasnya. Sekarang Julia mulai terdengar suara lirihnya. Aku lalu membuka kaosku, lalu aku tarik tubuhnya dan kamipun berpelukan bersentuhan kulit secara langsung. Rasa hangat dan nyaman menjalar dari perut, dada dan ke seluruh tubuhku ketika kulit kami bersentuhan. Aku merasakan empuknya payudara Julia sambil kembali berciuman, kali ini ciuman kami lebih bergairah, dan Julia mulai terengah-engah, begitu juga aku. Aku menciumnya sembari terus meremas payudaranya, sementara tangan julia mengusa-usap punggungku. “Ah, Mas, ohh.”, hanya desahan lirih itu yang kini terdengar sayup ketika aku mulai menjilati leher dan menciuminya. Aku mencium bau kewangian sabun di tubuhnya. Jilatanku terus menurun hingga akhirnya sampai di belahan payudaranya. Aku kemudian mengulum payudaranya bergantian, sembari meremas-remas pantatnya. Julia terus mendesah, dan suara rintihan itu membuatku bersemangat. Lalu aku rebahkan tubuhnya dengan pelan di ranjang. Aku mulai merayap naik menindihnya, dan mulailah aku mencoba mempraktekkan ritual mandi kucing yang kutonton kemarin. Pertama aku ulangi lagi dengan melumat bibirnya, kemudian menciumi leernya, terus ke bahunya, dan kemudian lidahku merayap ke lengannya, dan ketiaknya. Pada saat yang sama tanganku mengusap seluruh tubuhnya. Julia menggeliat dan mendesah setiap kali tanganku meremas payudaranya atau aku menekankan penisku yang masih tertutup celana ke vaginanya yang tertutup rok. Lidahku terus bergerilya menyapu seluruh tubuh, kedua tangan, dan payudaranya. Dan setiap kali aku menilati putingnya, erangan Julia semakin sering terdengar dan dia kerap menahan nafas, tangannya kadang-kadang meremas-remas kepalaku. Lidahku masih merayapi dadanya selama beberapa menit, lalu aku turun untuk menyapu perut dan pusarnya dengan lidahku, pada saat itulah aku mulai membuka rok Julia, dan kini Julia tinggal memakai celana dalam. Akupun membuka celanaku,
Aku tak langsung membuka celananya, tetapi menciuminya dan menggesek-gesek gundukan vaginanya dengan hidungku, kadang-kadang kutekan-tekan dengan daguku, sementara tanganku merayap ke atas meremas kedua payudaranya. “Ohh, Mass, buka Mas,”, katanya memohon. Aku pelan-pelan memelorotkan celana dalamnya. Setelah dia telanjang bulat, aku lalu mulai mengusap-ngusap vaginanya dengan tanganku. Aku teus menciumi perutnya lalu aku mulai menjilati pusar, terus turun ke daerah rambut kemaluannya, dan akhirnya ke bagian atas vaginanya. Julai mendesah saat aku mencium lembut permukaan vaginanya. Aku lalu bentangkan kedua kakinya, hingga vaginanya merekah. Aku lalu menenggelamkan kepalaku ke vaginanya. Aku jilati vaginanya dari atas ke bawah, kiri kanan, kadang melumatnya atau menghisapnya, sementara itu cairan dari vaginanya semakin deras. Aku lalu rekahkan vaginanya, dan dengan ujung lidahku aku mulai menjilati klitorisnya. Mula-mula pelan, dan pada jilatan pertama Julia langsung mengangkat kedua pantatnya sambil mengerang tertahan, lalu sambil kuangkat sedikit pantatnya, aku mulai melumat semua bagian vaginanya, menjilati di daerah antara anus dan vagina, dan mengisap klitorisnya. Kedua pahanya menjepit kepalaku, dan aku semakin cepat menjialti vagina dan klitorisnya sambil meremas pantatnya. “Ohh, aa, hh.”, suara seperti itu terus keluar dari mulut Julia, hingga pada akhirnya Julia tiba-tiba menekankan vaginanya ke mukaku, dengan tubuh bergetar, kedua tangan Julia mencengkeram erat rambutku dan pahanya ditekankan kuat-kuat menjepit kepalaku, dan aku tahu Julia sedikit lagi akan orgasme. Aku percepat dan perkuat isapan dan jilatanku, dan akhirnya Julia menggelinjang tak terkendali, dan mengerang sedikit keras. Dia orgasme, Lalu tubuhnya terhenyak di ranjang. Aku bangkit dan memandang wajahnya yang berkeringat dan nafasnya masih tersengal-sengal, tetapi dia tampak tersenyum.”Gantian ya”, kataku memohon, sebab penisku sudah sedemikian tegangnya di celana dalamku. Dia mengangguk pelan. Pada mulanya dia hendak bangkit, tetapi kucegah. “Jangan, Kau berbaring saja, turuti kataku.” Aku pun membuka celanaku. Julia hanya menatap pada penisku yang sedang tegang. Lalu tangannya menyentuh kepala penisku dan mengusap-usapnya. Aku terhenyak. Lalu aku arahkan penisku ke belahan payudaranya. Kuminta dia meremas penisku dengan kedua payudaranya, aku gesek-gesekkan penisku di antara kedua payudaranya. Hangat dan nyaman rasanya. Kemudian aku duduk bersandar, dan Julia kutarik untuk bangun, lalu aku menatap wajahnya, dia rupanya mengerti dan mulailah lidahnya terjulur menjilati kepala penisku. Aku sungguh merasa nikmat, apalagi ketika julia mulai memasukkan penisku ke mulutnya dan menghisapnya. Dia menjilati batang penis mulai dari pangkal hingga ke ujung kepala sebelum akhirnya dia mengisap penisku dan mengulumnya. Ahh, aku serasa melayang, dan tak lama kemudian aku sudah tak tahan, aku pun memuntahkan maniku dimulutnya dengan rasa nikmat yang bukan kepalang, Malam itu kami tidur berpelukan. Dan keesokan harinya, kami melakukan oral seks dengan gaya 69. Dan sesuai perjanjian, aku tak boleh memasukkan penisku ke vaginanya. Aku jadi mengkhayal, kalau begini saja sudah begitu nikmat bagaimana jadinya kalau nanti dimasukkan? Tetapi aku dan Julia sudah sepakat untuk saling memuaskan dengan tanpa penetrasi penis. Itupun sudah sangat nikmat, dan aku tak beresiko menghamili atau merusak keperawanan anak orang.
Ah, untunglah lidah itu lembut dan tak bertulang, pijatan lidah memang lain rasanya