Lily, berusia 22 tahun. Dia adalah sahabat baik Ria. Posturnya 165 cm/50 kg. Payudaranya berukuran 34B. Orangnya hitam manis, rambutnya agak ikal. Matanya tajam setiap kali berbicara seakan-akan menyelidiki isi hati lawan bicaranya. Bibirnya penuh, tidak tebal, tidak tipis, sangat seksi. Menurutku, bagian terseksi dari Lily ada pada bibirnya. Sangat menggoda untuk dikecup, dicumbu dan dicium sepuasnya. Apalagi kalau Lily menggunakan lip gloss agar membuat bibirnya selalu tampak basah. Benar-benar menggoda. Wajahnya sangat innocent alias bertampang tak punya dosa, tampak lugu sekali.
Tapi jangan salah, di balik wajahnya yang imut, ada nafsu yang membara. Ada hasrat seks yang selalu menggebu. Tiada hari baginya tanpa memikirkan sex. Aku mengetahuinya setelah Lily berterus terang padaku apa yang dia rasakan. Lily bercinta pertama kali di kelas 3 SMP, pada saat usianya masih 15 tahun. Sejak usia 12 tahun, dia sudah melakukan masturbasi dan lalu pacar pertamanya mendapatkan kegadisannya. Lily tidak pernah menyesali setiap momen seksualnya. Dia selalu menikmatinya.
Suatu hari aku menerima SMS dari nomor handphone Ria..
"Hai Boy.. Lagi ngapain? Aku Lily. Kenalin yah! Aku sahabatnya Ria. Aku pengen kenal denganmu. Kalau kamu bersedia, hubungi aku di nomor 081xx ya! Thanks" Aku segera membalasnya. Tetapi melalui nomor Ria.
"Hai lily.. Kamu sekarang dengan Ria? Mana si Ria? Aku mau dia SMS aku" Saat itu aku lebih ingin bertemu Ria karena aku sudah lama tidak bertemu dengannya.
"Ria lagi mandi. Boy, kamu SMS di hape-ku saja ya" Balas Lily.
Yah, aku tahu kebiasaan Ria. Kalau mandi lama sekali. Boros air, boros sabun, boros shampoo, boros listrik, boros waktu.. Pokoknya boros. Tidak percaya? Bayangkan, dia mandi selama 45-60 menit! Ria sendiri yang bercerita padaku. Aku sampai terheran-heran. Atau aku saja yang kurang pengetahuan tentang lamanya wanita mandi ya? Dibandingkan dengan lama mandiku yang hanya 10 menit, si Ria jauh lebih lama. Akhirnya aku memutuskan untuk ber-SMS dengan Lily saja.
"Ada apa kok minta SMS di HP-mu? Kan sama aja di HP-nya Ria..?" tanyaku.
"Ah.. Biar lebih privacy saja. Boy, gila.. Ria udah cerita tentang apa yang kalian lakukan di kamar ini!" Aku jadi terkejut. Wah, Si Ria suka membocorkan rahasia rupanya. Tapi aku jadi maklum pada saat mengingat bahwa si Lily ini memang sobat baiknya. Ya, tidak apalah.
"Cerita apa lagi? Dia puas nggak?" tanyaku pada Lily.
"Puas, man! Katanya lo jago banget kissing-nya. Jago banget foreplay-nya! Jangan kepala besar ya!", jawabnya.
"Wah.. Kalau kepala besar sih enggak. Kalo penis besar iya.. Haha.." balasku usil.
"Tapi katanya lo ga tahan lama ya? Ga lama lo udah keluar ya?" Bum!! Aduh malunya aku. Si Ria, tega-teganya pengalaman pertamaku diceritakan begitu.
"Ah, itu kan ML pertamaku. Wajar dong aku gak tahan lama. Kalau sekarang sih udah jago!" balasku membela diri. Cowok mana yang rela dikatakan tidak tahan lama?
"Ah yang bener.. Sekarang udah tahan lama nih?" goda Lily. Aku jadi penasaran dengan si Lily ini.
"Emangnya kamu sendiri udah berani ML?" pancingku.
"Yah, elo.. Boy. Ya udahlah! Gue terus terang aja ama lo. Gue suka banget tahu!"
Perkataan si Lily membuat penisku ereksi. Keterusterangannya sangat langka kutemui. Biasanya wanita akan menutupi hasratnya. Apalagi pada cowok yang baru pertama ditemuinya. Tapi si Lily ini.. Berani sekali!
"Oh ya? Paling lo omong kosong doank.." pancingku lebih jauh.
"Hehe.. Lo mancing gue ya, Boy? Gak usah gitu.. Ntar malam telepon gue ya!"
Siang sampai malam aku bekerja sambil sesekali memikirkan Lily. Dunia ini memang luas, penuh keunikan. Dulu, hanya membicarakan hal yang berbau seksual saja sangat tabu. Tapi sekarang dengan kebebasan media, dengan kecepatan informasi yang hampir tanpa filter, siapa pun bisa mencari dan mendapatkan apa saja yang ia inginkan termasuk sex. Informasi tentang sex bisa dengan sangat mudah didapatkan di internet. Tak heran dalam waktu singkat, budaya 'sex itu tabu' telah terkikis.
Aku sangat yakin bahwa wanita seperti Lily, yang sangat menikmati sex, sangat banyak di Indonesia, tetapi hanya sedikit yang berani berkata, "Ya, saya suka dan menikmati sex". Tetapi lambat laun, aku percaya bahwa jumlah wanita seperti Lily akan semakin berkembang.
Malamnya aku menelepon Lily. Kami berbicara banyak hal. Tapi memang pembahasan utama kami adalah sex. Lily mengakui dirinya hipersex. Tetapi dia tidak suka berganti-ganti pasangan. Dia punya pasangan tetap. Frekuensinya saja yang sering. Hampir setiap hari Lily bercinta. Gila.., aku bayangkan pasti lelah sekali setiap hari bercinta. Lalu kami pun membuat janji untuk bertemu di rumahnya.
*****
Dari rumah aku mandi, menggosok gigi, menyiapkan dua buah kondom, handheld desinfectant dan merapikan bulu-bulu di wajahku. Aku memang tidak suka memelihara kumis dan jenggot. Kurang bersih kesannya. Walaupun kucukur habis, tetap saja terlihat kalau aku berbakat punya kumis. Justru terlihat seksi, kata Ria dan Ita. Dengan sedikit parfum, kaos putih bersih dan jeans biru, aku berangkat ke rumah Lily. Di sepanjang perjalanan aku menebak-nebak setangguh apa Lily, bagaimana aksinya di ranjang. Apakah agresif, pasif atau jangan-jangan suka yang aneh-aneh di atas ranjang seperti menyakiti dan disakiti?
Memikirkan Lily dan perilaku sex-nya membuat penisku berdenyut-denyut. Di bayanganku sudah menari-nari sosok wanita telanjang yang akan bercinta denganku. Yang akan kugumuli, yang akan kucumbu, kenikmati sepuasnya. Ah.. sebentar lagi aku akan bercinta.. Sebentar lagi aku akan menghunjamkan penisku ke vagina Lily. Sebentar lagi..
Lily tinggal serumah dengan neneknya. Orang tuanya bekerja di luar negeri. Sewaktu aku datang, neneknya sedang pergi. Pembantunya sedang menyeterika baju sambil menonton televisi. Lily menemuiku dengan memakai celana pendek dan kaos you can see. Seksi sekali. Darahku berdesir setelah menyadari bahwa Lily tidak memakai bra. Wah.., jangan-jangan dia tidak pakai celana dalam juga, pikirku. Lily segera menggandeng tanganku dengan mesra. Matanya melirikku nakal. Busyet nih anak, menggemaskan sekali, pikirku lagi.
"Udah makan, Say..?" tanyanya sambil jarinya menohok lembut perutku.
"Hm.. Udah. Kamu?" jawabku. Aku meremas jarinya.
"Ouch.. Kok diremas sih? Kalau yang ini udah makan?" tanyanya sambil mengayunkan tangannya menyentuh penisku dengan cepat. Ugh.., penisku bereaksi. Lily ini pintar sekali menggodaku. Aku tertawa ringan. Memang penisku belum 'makan' cukup lama.
"Kita masuk kamarku aja yuk.. Ada televisi di kamar" ajak Lily. Aku melirik pembantu Lily yang juga sedang melihatku. Kulihat pembantu Lily tersenyum padaku sambil terbatuk-batuk. Wah, sudah tahu gelagat dia rupanya, pikirku.
Kamar Lily cukup luas. Ada televisi, lemari es, AC dan kamar mandi. Mirip dengan kamar hotel. Aku menarik nafas panjang membayangkan kenikmatan yang sebentar lagi aku peroleh.
"Hayo.. Mikir apa?" goda Lily sambil memelukku dari belakang.
Pintu telah terkunci. Kurasakan kamar Lily sangat dingin karena AC. Pelukan Lily terasa hangat di punggungku. Bahaya sekali.. Dengan segala godaan dan stimulasi yang dilakukan Lily, membuat pikiranku sudah penuh dengan fantasi sex. Sangat berbahaya karena jika fantasi itu aku ikuti terus, aku akan mudah dikalahkan Lily nantinya. Aku berusaha rileks menenangkan pikiranku. Aku berusaha tenang.
"Gak mikir apa-apa kok.. Kamu sendiri mikir apa?" tanyaku. Aku mengambil remote dan menyalakan televisi. Kubaringkan tubuhku di atas ranjang. Spring bednya enak sekali. Sambil memeluk guling aku acuhkan Lily. Aku memilih menonton TV. Lily ikut berbaring di sampingku.
"Aku mikirin kamu Boy.. Sejak tadi malam aku gelisah" bisik Lily.
Lily sengaja membisikkan kata-kata itu di telingaku hingga membuat telingaku merinding. Ugh.., Lily menjilat telingaku! Aku sangat sensitif di telinga, sehingga jilatannya di telingaku seketika membangkitkan birahiku. Mataku refleks memandangnya. Lalu Lily menciumku. Bibirnya yang seksi itu melumat-lumat bibirku. Oh.., dia tidak juga berhenti. Terus menerobos masuk, menghisap bibirku. Lidahnya menari-nari di rongga mulutku, mencari lidahku yang juga mulai menggeliat. Aku mulai meresponsnya. Kubalas hisapannya. Kubalas jilatannya. Kubalas dengan penuh semangat.
Aku menyukai cara Lily menciumku. Tegas dan kuat sekali cumbuannya. Caranya memadukan bibirnya yang penuh dengan lidahnya yang lincah menunjukkan pengalamannya dalam bercumbu. Nikmat sekali ciumannya. Nafasnya juga menunjukkan ketenangannya. Lily tidak terburu-buru tetapi dahsyat dalam mencumbu. Dia mampu mengatur nafasnya dengan luar biasa. Hembusan nafasnya semakin menghangatkan suasana. Apalagi matanya tidak pernah terpejam. Dia menatapku terus dengan berani.
Aku melepaskan ciuman kami lalu bangkit berdiri dan minum. Aku harus mengatur ritme karena penisku sudah mau meledak rasanya. Aku sangat terangsang karena itu aku harus menenangkan diri. Baru minum seteguk, Lily sudah merengkuhku kembali, membaringkanku dan aku ditindihnya. Lily kembali mencumbuku dengan tubuhnya di atas tubuhku.
Luar biasa, Lily semakin berani. Ciumannya semakin kuat dan cepat. Kadang dia menyerbu leherku. Menjilat dan sesekali menggigitku. Kemudian kembali mencium telingaku. Tangannya juga tidak tinggal diam. Menjambak rambutku dan memegang kuat wajahku. Hebat, aku salut dengan lily. Wanita yang satu ini bisa memaksimalkan potensinya. Ciumannya di bibirku juga tidak monoton. Ada saja variasi gerakannya. Caranya menekan bibirku, caranya menghisap dan menjilat juga bervariasi. Nikmat sekali.
Perlahan aku merasakan pantat Lily bergerak. Dengan tenang Lily menggesek penisku dari luar. Saat itu kami masih sama-sama berpakaian. Wow.., ini adalah pengalaman pertamaku. Kurasakan penisku menggeliat bangkit. Semakin lama semakin tegang dan keras. Gesekan Lily membuat penisku berdenyut-denyut nikmat.
"Enak, kan.. Boy?" bisik Lily. Ya kuakui enak sekali.
"Enak.. Tapi apa vaginamu bisa merasakan? Kamu kan masih memakai celana?" tanyaku ingin tahu. Aku tidak yakin Lily merasakan hal yang sama dengan yang kurasakan.
"Bisa Boy, tapi aku harus menggesek dan menekan agak keras.." jawabnya.
Aku mencoba mengikuti alur permainannya. Sebetulnya aku sudah ingin menelanjanginya. Gesek menggesek begini memang nikmat, tapi tetap saja jauh lebih nikmat bercinta langsung. Aku mulai bergerak mengambil posisi duduk. Tanganku bergerak menarik kausnya. Benar, Lily tidak memakai bra. Payudaranya langsung kusambut dengan mulutku. Aku benamkan mukaku ke belahan payudaranya. Menghisap putingnya dan tanganku mulai meremas payudaranya.
Lily juga menarik kausku. Perlahan Lily mulai membalas mencium dadaku. Menjilat putingku dan tangannya menarik lepas celanaku. Penisku menyembul dengan gagah. Direngkuh oleh tangan halus Lily. Penisku mulai diremas dan dikocok oleh tangan Lily. Tangannya juga memijat naik turun dari kepala ke pangkal penisku. Oh.., nikmatnya, aku sudah lama menantikan saat-saat nikmat seperti ini.
Aku bergerak menuju selangkangan Lily. Kulepas celananya. Benar dugaanku, dia sudah tidak memakai celana dalam. Kurasakan vaginanya sudah basah. Vagina Lily bersih dari bulu. Rupanya ia mencukur habis bulu kemaluannya. Kami pun mengambil posisi 69. Aku membuka kaki Lily lebar-lebar dan mulai menjilati vaginanya. Pelan.. Aku menikmati vaginanya. Tanganku juga dengan terampil merangsang vaginanya. Mencari klitoris dan g-spotnya.
Penisku sendiri kumasukkan ke mulut Lily. Sambil naik turun, penisku bercinta dengan mulut Lily. Cukup sulit ternyata posisi 69. Tidak semudah yang sering kulihat di film-film biru. Baru beberapa menit aku sudah lelah berada di atas tubuh Lily. Kami berganti posisi. Tetap 69 hanya saja posisiku di bawah. Dengan posisi ini Lily lebih aktif menggarap penisku. Oralnya hebat. Tangannya mampu bekerja sama dengan mulutnya hingga membuat penisku keenakan. Kami benar-benar melakukannya tanpa suara. Bagaimana bisa bersuara sementara mulut kami sedang sibuk mengoral satu sama lain? Hanya desahan nafas kami yang memburu.
Pikiran tenang adalah kunci bercinta. Setelah berhasil menguasai pikiranku, aku jadi rileks. Oral dari Lily kunikmati dengan santai. Hasilnya, aku tidak merasakan gerakan orgasme dari penisku. Aku jadi tahan lama. Lily sendiri tampaknya tidak kuat menahan gempuran oralku. Vaginanya semakin basah dan akhirnya dia mengalami orgasme. Cairan orgasmenya cukup banyak. Tubuh Lily mengejang beberapa saat menikmati orgasmenya. Mulutnya melepas penisku.
"Aahh.. Hebat Boy. Oralmu dahsyat! Enak sekali!" puji Lily.
Pengalaman memang membuatku semakin hari semakin hebat. Aku terus merangsang Lily. Kali ini kami kembali ke posisi normal. Aku memeluknya dari atas. Tubuhku menindih tubuh Lily. Tanganku tetap merangsang vaginanya. Sementara mulut kami kembali bercumbu. Di sela-sela cumbuan, aku mengajaknya bicara.
"Kok cepat, tadi udah nyampe?" tanyaku. Aku memang heran dengan Lily yang mudah orgasme dengan oral saja. Tidak selama Ria, Ita atau Tante Yeni.
"Iya.. Aku memang mudah orgasme. Jadi, buat aku multi orgasme, Boy.." jawab Lily.
Wah, beruntung sekali pria yang bisa bercinta dengan Lily. Tidak perlu susah payah membuat Lily orgasme. Aku kembali mencium Lily. Kali ini seluruh tubuhnya aku cium dan jilati. Mulai dari seluruh wajah, telinga, leher, payudara, perut, punggung, pantat, tangan dan kakinya! Semua aku jilat dan cium dengan lembut. Cukup makan waktu lama dan menguras energiku. Tapi hasilnya, Lily mulai menggeliat menandakan birahinya mulai naik kembali. Aku harus sabar dan dengan tekun merangsangnya. Titik lemah Lily adalah di vagina dan perutnya. Jadi aku memfokuskan merangsang tubuhnya di dua titik itu. Pelan, refleks kaki Lily mulai terbuka lebar. Vaginanya sangat merah. Tanpa bulu kemaluan membuatnya tampak segar. Aku sengaja menatapnya agak lama seakan meneliti pusat kenikmatan dunia itu.
"Aduh.. Malu.. Jangan dilihatin gitu dong.." rajuk Lily. Tapi itu cuma basa-basi. Kulihat Lily sangat menikmati vaginanya kuamat-amati.
"Indah sekali, Lily. Seksi sekali.." komentarku.
Ya, aku dengan bebas bisa mengamati vaginanya. Merah menggoda menantang. Terhidang sejelas-jelasnya di depanku. Vagina Lily tiba-tiba seakan hidup dan berkata, "Tunggu apa lagi? Ayo masuk!" Aku menahan nafas. Penisku juga sudah berontak ingin menerjang masuk.
Perlahan, penisku menembus vaginanya. Mulai kugerakkan tubuhku bercinta dengan Lily. Setiap gesekan penisku di vagina Lily kunikmati. Lily dengan terampil mengimbangi gerakanku. Tubuh kami bergerak selaras. Menyatu. Kami bercinta! Setiap kali penisku menggesek vaginanya, Lily mendesah. Lama-kelamaan suara Lily semakin keras. Aku juga tidak segan mengeluarkan desahanku.
"Arg.. Arg.. Ya, terus.. Enak.. Kamu luar biasa.."
"Oh.. Terus.. Ya.. Ouch.. Oh.."
Berbagai macam kata yang tidak terkontrol keluar dari mulut kami. Kami terus saling memacu birahi. Memburu kenikmatan tiada tara. Penisku terasa panas. Denyutannya semakin menjadi-jadi. Jika ambang orgasme tiba, aku berhenti sejenak. Kami berganti posisi. Kemudian bercinta lagi. Ganti posisi lagi. Bercinta lagi.. Enak sekali. Kami sama-sama tahan lama.
Kini aku memangku Lily. Agak sakit terasa di penisku ketika Lily menurunkan tubuhnya hingga membuat penisku menembus vaginanya. Desahan Lily semakin keras. Kami berlomba mencapai finish.
"Kamu siap, Boy? Aku punya jurus rahasia.." tanya Lily.
"Jurus apa..?" aku penasaran.
Tiba-tiba kurasakan vagina Lily menjepit penisku. Agh.. Enak sekali. Vaginanya seperti membesar dan mengecil, menjepit dan melepas penisku. Aku seperti dibawanya terbang semakin tinggi. Melayang semakin tinggi. Kenikmatan yang kurasakan semakin memuncak. Setiap detil tubuhku penuh dengan keringat kenikmatan. Begitu pula dengan Lily. Tubuhnya bergetar dan bergoyang menikmati percintaan kami.
Tak lama kemudian aku mulai merasakan gelombang orgasmeku datang. Aku kembali menahan diri. Kucabut penisku dan kami berganti posisi menjadi doggy style. Kembali aku memasukkan penisku. Lily menungging membelakangiku. Pantatnya penuh dan seksi. Aku menghunjamkan dan mengocok penisku dengan cepat dan kuat.
"Keluarin di mana nih?" tanyaku memastikan dimana aku harus orgasme.
"Di dalam saja. Aku udah minum obat kok.."
"Arg.. Argh.." Hanya desahan nafas kami yang semakin memburu. Kami sudah bercinta cukup lama. Lily tangguh juga. Dia tampak sangat menikmati ini semua. Wajahnya memerah dilanda birahi.
"Ayo lebih kuat dan cepat, Boy.. Aku sudah hampir sampai.." ajak Lily.
Yah ini mungkin sudah saatnya. Aku memacu lebih cepat. Desahan nafas dan lenguhan kami makin cepat. Aku terus memompa penisku. Maju mundur, putar, maju mundur.. Terus sampai akhirnya kurasakan orgasmeku makin dekat. Lily juga semakin dekat.
"Iya.. Terus.. Terus.." teriak Lily.
Aku berusaha mati-matian menahan agar tidak orgasme duluan. Otot-ototku berjuang memperlama ereksiku. Agh.. Nampaknya aku mulai tidak tahan. Sudah terlambat untuk menghentikan ini semua. Sebentar lagi aku akan orgasme.. Srr.. Crot.. Sr.., aku orgasme sampai tubuhku terkejang-kejang. Ada hentakan-hentakn di tubuhku saat aku orgasme. Tapi aku masih tetap menghunjamkan penisku. Aku ingin mengantar Lily mencapai orgasme keduanya.
"Ah.. Arh.. Argghh.. Ya.. Ya.."
Akhirnya tubuh Lily bergetar sangat kuat. Tangannya mencengkeram sprei dengan kuat dan menariknya! Matanya terpejam dan mulutnya terbuka lebar mengeluarkan jeritan panjang.. Lily orgasme! Aku nyaris gagal membuatnya orgasme yang kedua kalinya. Untung sekali aku bisa bertahan cukup lama. Aku berjanji akan lebih baik lagi lain kali.
"Wah.. Maaf Lily.. Kamu kuat sekali. Aku nyaris tidak bisa membawamu orgasme yang kedua.." aku minta maaf dengan tulus sambil memeluknya.
"Wah.., aku yang makasih sekali ama lo, Boy. Kamu kuat lho.. Kita bisa orgasme sama-sama.. Aku senang sekali.." jawabnya melegakan hatiku.
Aku kembali menciumnya. Ini adalah after orgasm service-ku. Aku membelai-belai tubuhnya dan meremasnya dengan ringan. Memijat tengkuk dan punggungnya. Kami kemudian bercakap-cakap. Dengan jujur Lily mengakui bahwa dia sangat membutuhkan sex. Baginya memang sex adalah faktor utama. Dia mengakui tidak bisa hidup tanpa sex. Kemudian sampailah aku pada pertanyaanku..
"Kalau disuruh memilih pria yang sex hebat tapi dengan pribadi buruk atau pria dengan pribadi luar biasa tapi sex buruk, kamu pilih mana?" Lily terdiam. Bingung.
"Gimana ya.. Mestinya aku mau pilih yang sex-nya hebat aja deh. Tapi kok ya tidak yakin. Itu pilihannya mengikat tidak? Maksudku.. Sampai pernikahan ya?"
"Iya.. Keputusan yang mengikatmu sampai tua. Sampai mati." jawabku.
"Aduh.. Pusing. Yang mana ya? Sex hebat tapi kalau tiap hari di sakitin, ditinggal selingkuh, tidak diberi nafkah, anak-anak ditelantarkan.. juga percuma. Tapi biar semua baik, kalau tanpa sex ya nggak enak.. Gimana ya. Eh, tapi dia tidak impoten kan?"
"Kalau tidak impoten gimana, kalau impoten gimana?"
"Kalau tidak impoten, nggak apa-apa. Aku pilih yang pribadinya baik deh. Sex buruk bisa aku ajarin. Asal jangan impoten permanen." Lily mulai menemukan jawabannya.
"Kalau impoten?" desakku. Ini adalah pertanyaan yang paling sulit dipilih.
"Wah.. Benar-benar bingung aku. Kalo gitu aku pilih yang sex-nya hebat aja deh. Mungkin pelan-pelan pribadinya bisa tambah baik.." jawab Lily. Pilihan yang masuk akal.
Aku lega kembali mendapatkan jawaban detil. Informasi kembali kudapatkan dari Lily. Yah.. Aku masih harus bertanya pada Tante Yeni dan Ria.
Senin, 18 Juli 2011
mbak siska dan mbak lisa
Suasana rumah waktu itu sangat sepi. Keluargaku pergi berlibur ke daerah. Di rumahku hanya ada Mbak Siska dan Lisa yang ikut orang tuaku dari daerah dan pembantuku sri. Wajah dan tubuh Mbak Siska dan Lisa seperti pemandangan yang indah, mereka sangat mm. Terkadang kawan atau kenalanku yang datang suka memuji wajah dan tubuh mereka. Beberapa temanku ingin berpacaran dengan mereka tapi tak dapat. Sering mereka dikira saudaraku. Pacarku kadang cemburu dengan mereka. Memang banyak kelebihan mereka dibanding pacarku.
Waktu itu aku pulang kuliah dan pulang ke rumah bersama pacarku. Ya tentu saja peluang ini kumanfaatkan. Kunikmati tubuh pacarku. Tapi ada yang kurang. Milikku tak ia ijinkan menikmati tubuhnya. Kunikmati tubuh polos pacarku berjam-jam. Tapi kurasa aku kecewa. Sebenarnya aku ingin merasakan bersengsama. Aku berharap pacarku dapat memberikannya. Tapi apa boleh buat, karena hari sudah sore kuantar dia pulang.
Setiba di rumah lagi, sekilas aku lihat Mbak Siska baru selesai mandi. Ia terkaget karena tak menyangka aku ada di rumah. Cepat-cepat dia masuk ke kamar. Birahiku terangsang melihat tubuhnya yang hanya tertutup handuk, rasanya kuingin menikmati tubuhnya. Kulihat pintu kamarnya tertutup. Karena hasratku menginginkannya. Maka kucoba masuk ke kamarnya. Ternyata pintunya tidak terkunci dan segera kumasuk. Melihat kehadiranku, Mbak Siska terkaget. Lalu ia bertanya padaku,"Ada apa Mas Geri, Mas Geri nyari apa?" dengan canggung karena hanya mengenakan handuk.Kulihat tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Wajahnya cantik, dewasa dan lembut. Kulitnya bersih, putih mulus dan terlihat lembut. Lipatan dadanya sangat dalam. Kedua buah dadanya yang terhimpit handuk memang besar dan kelihatan benar-benar mulus, baru kulihat seperti ini. Pinggulnya membentuk dan lingkaran perutnya terlihat lebih kecil. Pahanya terlihat semua dan hampir selangkangannya terlihat tapi sayang tertutup handuk. Betisnya bagus.
Aku tak tahan melihat tubuh Mbak Siska. Perlahan kuhampiri. Lalu tanganku meraih handuk Mbak Siska dan sesaat handuknya kulepaskan. Mbak Siska benar-benar kaget. "Geri kamu kenapa?" jawab Mbak Siska dengan takut. Lalu kedua tangannya menutupi kemaluan dan dadanya. "Tubuh Mbak bagus," sahutku. Terlihat tadi keindahan tubuhnya yang polos. Kupeluk Mbak Siska. Mbak Siska berusaha menghindar. Tapi kurasakan cara menolak Mbak Siska halus. Tanpa pikir kudekap pantat Mbak Siska dengan tanganku. Dada Mbak Siska yang tertutup tangannya segera kuraih, kuremas dan kadang putingnya kupelintir-pelintir sedikit. Kurasakan padat dan kenyal di kedua tanganku. "Jangan Ger!" ucap Mbak Siska dengan lembut. Tak kuindahkan ucapannya. Segera bibirku mengecup bibirnya yang kulitnya terlihat tipis dan lembut. Kulahap bibir Mbak Siska. Terkadang Mbak Siska menolaknya tapi terkadang ia malah membalasnya.
Kugiring tubuhnya ke tempat tidur. Rasanya kuingin merasakan bersetubuh. Kemudian salah satu tanganku melepaskan resleting dan mengeluarkan milikku. Segera kudorong tubuhnya dengan tubuhku ke tempat tidur. Akhirnya tubuhnya terbaring dan kutindih. Kutempelkan milikku di bibir vagina Mbak Siska. Sesaat Mbak Siska melepaskan bibirnya dari bibirku. "Jangan Ger!" ucapnya sesaat.Tanpa pikir lagi kulahap bibirnya lagi. Rasanya inilah kesempatanku merasakan kenikmatan tubuh wanita. Dan milikku sesaat mencoba menerobos masuk. Mbak Siska melepaskan bibirku lagi."Jangan Ger!" ucapnya mengingatkanku. Kutakperdulikan ucapan Mbak Siska. Sesaat kurasakan penisku berhasil masuk dan tertelan di liang vagina Mbak Siska. "Oouuhh," ucap Mbak Siska sekeras-kerasnya. Akhirnya kurasakan kenikmatan tubuh wanita. Rasa liang vagina Mbak Siska tidak terlalu licin. Tapi kurasakan lembutnya liang vagina Mbak Siska. Kunikmati dan perlahan kukeluar masukkan. "Geri.. kamu.." ucap Mbak Siska sesaat. Beberapa lama kemudian kurasakan liang vagina Mbak Siska licin dan membuat penisku agak basah sampai ke buluku. Akhirnya kukeluar-masukkan milikku di liang vagina Mbak Siska. Kulihat dagu dan dada Mbak Siska terangkat tinggi. Desahan demi desahan ia keluarkan. Terkadang kulihat wajah Mbak Siska menghadap ke kanan dan kiri.
Aku menyukai kejadian ini, sampai-sampai milikku memuncratkan cairan di dalam tubuh Mbak Siska. "Aahh.. oouuhh.." sambil Mbak Siska ucapkan seiring semburanku. Rasanya benar-benar nikmat. Kuterdiam karena nikmat. Selang berapa saat kemudian kurasakan liang vagina Mbak Siska mendekap rapat milikku. Seakan-akan milikku digigit. Kurasakan kedua tangan Mbak Siska menarik punggungku dan segera memelukku rapat. Kurasakan badannya benar-benar menegang. Setelah itu ia terdiam lemas dan pasrah. Kurasakan aku masih pingin dan masih kuat. Tanpa basa-basi aku nikmati lagi liangnya. Matanya menatap mataku dengan lembut. Desahan pun ia keluarkan lagi. Dan akhirnya kusemburkan cairan lagi. Kusengaja di dalam, karena aku tahu Mbak Siska pernah nikah dan ia bercerai karena mandul.
Akhirnya kuselesai dan membungkus kembali milikku. Dan kududuk di pinggir tempat tidur. Kulihat Mbak Siska perlahan duduk. Sesaat dia terdiam. Kali ini kebanggaannya tidak ia tutupi dari mataku tampaknya ia sudah tidak canggung denganku. Rambut panjangnya yang agak menutupi dada ia uraikan dan rapikan ke belakang sehingga buah dadanya terlihat jelas. Tanganku memegang lagi salah satu buah dadanya. "Geri.." sahut Mbak Siska dengan raut wajah yang sudah agak memucat dari tadi. "Nggak apa-apa kan Mbak Siska?" ucapku sambil kuraba-raba dadanya dan kadang kuremas dan kumainkan putingnya. Kali ini Mbak Siska tidak menolak. Kukecup bibirnya dan kurasakan cara Mbak Lisa berciuman dan perlahan kupelajari dan akhirnya kumengerti.
Kami kali ini kami saling membalas bibir, lidah dan berebutan menghisap liur. Setelah berapa lama aku keluar dari kamar Mbak Siska. Beberapa saat kumenuju ke kamarku. Aku bersapa dengan Lisa. Lalu aku ajak ia mengobrol dan menonton di ruang TV. Kami duduk berdekatan. Terkadang kuperhatikan wajah Lisa dan memang ia manis. Kuperhatikan sosoknya dan kurasa tubuhnya bagus. Wajahnya sangat menarik. Lisa mengenakan kaos tanpa lengan dan celana pendek. Kuperhatikan satu persatu. lehernya putih bersih dan mulus memang merangsang. Pundaknya, lengannya, putih bersih dan mulus juga merangsang. Dadanya berbentuk juga berukuran. Pinggangnya yang ramping seakan enak untuk dirangkul. Pinggulnya yang berbentuk. Celana pendeknya membuat paha yang bersih dan putih mulus merangsang mata. Betisnya bagus. Tingginya lumayan.
Kudekati tubuhnya saat duduk bersamaan. Kurangkul, kupeluk. Tampaknya ia tidak menolak. Kubuai rambutnya. "Mas.. aku jadi merinding," ucap Lisa dengan agak manja. "Kenapa..? nggak apa-apa kan?" sahutku. Kurasa kehangatan dirinya melebihi pacarku. Tampaknya aku terangsang. Salah satu tanganku yang membuai rambutnya kemudian mengelus pundaknya. Satu tanganku lagi menyentuh pahanya yang merangsang. Rupanya Lisa tak menolak. Perlahan kuelus dan meraba-raba pahanya. Kulitnya halus dan lembut. Perlahan tanganku menuju ke selangkangannya dan perlahan mengelus belahannya yang tertutup celana. Kulihat Lisa membiarkanku dan wajahnya agak menegang dan grogi. Bibir bawahnya terkadang ia gigit dengan lembut. Tanganku kemudian merangkul pundaknya. Pelan-pelan tanganku berjalan ke arah dadanya. Kurasakan ia hanya diam. Lalu perlahan kudekap buah dadanya yang cukup besar dan kuraba-raba.
"Mas.." ucap Lisa pelan. Kulihat bibirnya yang mengucap. Terlihat lembut dan merangsang. Rasanya bibirku bergerak otomatis menghampiri bibir Lisa. Lalu kukecup, rasanya memang lembut. Nikmat rasanya dan langsung kulahap bibirnya dengan nafsuku. Lisa diam tak bergerak. Dia terdiam pasrah melayaniku. Lalu kupeluk Lisa secara berhadapan. Kurasakan empuk buah dadanya di dadaku. Kuraba-raba punggungnya. Perlahan tanganku turun ke pinggang Lisa lalu menyusup di dalam kaosnya. Kurasakan kulit yang lembut dan halus. Kuraih tali BH Lisa, kubuka kaitannya. Akhirnya kuelus-elus dengan leluasa punggungnya karena tak terhalang tali BH-nya. Kurasakan Lisa mengikuti keinginanku. Tanganku bergerak ke arah ketiaknya. Terasa tubuhnya goyang dan perlahan kuhampiri dadanya. Kurasakan bulatan yang besar. Tanganku tak cukup mendekap buah dadanya. Masih ada bagian yang tersisa. Akhirnya aku dapat merasakan tubuh wanita yang selama ini hanya gambar khayalan.
Lisa terdiam seakan sedang melayaniku. Perlahan kedua tanganku turun ke pinggangnya lalu kuangkat kaos dan BH-nya. Kulihat kedua buah dadanya. Akhirnya mataku dapat melihat ukuran dada yang selama ini hanya dapat kulihat di gambar-gambar. Kutatap dengan kedua mataku dan tanganku meraba-raba dan menikmati bentuknya. Kulihat Lisa hanya diam dan tegang. Wajahnya agak memucat. Kulahap bibirnya dan kuremas dadanya. Kurasakan Lisa diam pasrah. Tanganku turun dari dadanya dan turun menusup celananya. Kurasakan "hutan" Lisa di dalam celana dalamnya. Kurasakan belahan dan kumainkan tonjolan Lisa. Secara bertahap kurasakan tanganku basah dan licin. Kemudian Lisa melepaskan kecupan bibirku. "Mas Geri, jangan yang itu Mas, aku masih.." ucap Lisa. Ternyata ucapan Lisa malah merangsangku. Perlahan tanganku menyusup di liang vagina Lisa. "Aaahh.. Mas Geri," rintih Lisa seiring jariku yang tertelan di liangnya.
Secara bertahap kukeluar-masukkan jariku di liangnya sampai cepat. Kulihat dagu Lisa terangkat. Matanya terpejam. Mulutnya perlahan terbuka dan kemudian bibir bawahnya ia gigit halus. Melihat ini wajahku menghampiri salah satu buah dadanya. Kubuka mulutku. Lalu kutelan dan kuhisap putingnya. Sesaat ia membusungkan dadanya. Serasa aku diberikan menu pilihan oleh Lisa. Kemudian kuberhenti dan kami berhenti sesaat.
Kurasakan birahiku menginginkan senggama. Kuajak Lisa ke kamarku. Kami duduk di pinggir tempat tidur. Kami berpelukan berciuman dan kedua tanganku menggerayangi tubuhnya. Sesaat satu persatu kain yang menyeliuti tubuh kami terlepas. Bibir, leher, telinga, pundak, punggung, buah dada, perut, pinggang, belahan selangkangannya, pahanya kunikmati dengan mulut dan tanganku. Sesaat posisinya terlentang. Kedua pahanya kubuat mengangkang lebar. Terlihat dengan jelas bagian demi bagian kenikmatan di belahan Lisa. Milikku kuhunuskan di bibir vagina Lisa. Perlahan kumasukkan milikku. Kurasakan kepala milikku agak tertelan. Sesaat Lisa menahan nafas merasakan milikku menyusup sesaat. Dagunya terangkat dan dadanya mengusung. Kudiamkan milikku tertahan. Kupeluk tubuhnya. Kuciumi dagunya yang terangkat kemudian seluruh lehernya. Kurasakan bibir vagina Lisa basah dan licin. Perlahan kumasukkan penisku ke dalam liang Lisa yang lebih mendekap ke rahim Mbak Siska. Kurasakan kelembutan liang Lisa. Sesaat kumerasakan kenikmatan wanita yang memiliki ciri khas masing-masing.
Kulihat mulut Lisa terbuka. Bibir dan mulutnya bergetar. Seakan mendesah tanpa suara. Matanya setengah terpejam. Wajahnya terkadang berpindah-pindah hadapan. Kurasakan ganjalan buah dada Lisa di saat aku memeluknya. Desahan demi desahan akhirnya terdengar jelas dari bibir Lisa. Kurasakan puncakku tiba. Kucabut milikku dan sesaat bagian perut sampai wajah Lisa terkena semburanku.
Sesaat kulihat Lisa menjilat cairanku yang menepel di bibirnya. Tampaknya ia menyukainya dan kemudian ia telan. Melihat ini kuhampiri wajah Lisa dan milikku kutempelkan ke bibirnya. Awalnya ia canggung. Kemudian ia buka mulutnya. Kemudian kumasukkan milikku ke mulutnya. Ia pun melahapnya juga. Sesaat kurasakan milikku di dalam mulut Lisa yang lembut. Kurasakan milik dan cairanku ditelan habis. Tampaknya aku masih sanggup menyetubuhinya. Tanpa pikir lagi kubuat posisi bersetubuh. Kutancapkan milikku lagi di liang vagina Lisa. Sesaat ia menegang lagi. Kunikmati lagi liang Lisa. Dan kurasakan liang Lisa, kemudian mendekap dan seakan menggigit milikku. Tangannya meremas pantatku dengan kuat. Ah, tanpa bisa terkontrol aku melepaskan cairanku di dalam tubuh Lisa. Aku terdiam sesaat. Kurasakan nikmat dan bingung. Semoga Lisa tidak hamil. Lalu kemudian kami mandi dan di sana kami juga sempat melakukannya lagi. Rasanya aku ketagihan.
Selesai mandi Mbak Siska kulihat di dalam kamar. Aku dan Lisa keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang polos.
"Kalian kenapa?" tanya Mbak Lisa kepada kami.
"Nggak kenapa-napa kok Mbak," sahutku.
"Kamu nggak kenapa-napa Lis?" tanya Mbak Siska.
"Nggak kenapa-napa kok Mbak," jawab Lisa.
Mbak Siska heran melihat keadaan kami. Kulihat Lisa mengambil pakaiannya kembali dan ia pakai. Kemudian Mbak Siska menghampiri Lisa dan menanyakan sesuatu. Saat itu aku sedang mengenakan pakaianku.
Setelah beberApa lama mereka selesai berbincang.
"Mas Geri aku keluar ya," sahut Lisa.
"Ya Lis," sahutku.
"Mbak Siska tadi bingung ngeliat rumah sepi, Mbak kira kalian pada kemana," tanya Mbak Siska kepadaku.
"Kami di sini lagi.." sahutku dengan nada bingung.
"Lisa nggak kenapa-napa kan Ger?" tanya Mbak Siska.
"Nggak kenapa-napa Mbak, Cuma.." sahutku sambil aku mendekatinya.
Kedua tanganku memeluk pinggangnya. "Ada apa Ger?" tanya Mbak Siska sambil membuai rambutku.Kemudiam aku mengecup bibir Mbak Siska dan kami berciuman sesaat. Kemudian Mbak Siska melepaskan kecupanku. "Ger udah ya.. Mbak mau keluar," sahut Mbak Siska.
Tampaknya aku ketagihan terhadap mereka. Kejadian ini terus berulang dan untung Lisa tidak hamil. Aku sempat berhubungan bersamaan dengan Mbak Siska dan Lisa. Beberapa lama kemudian aku juga melakukan hubungan seperti ini dengan beberapa teman perempuan. Akhirnya aku juga berhubungan dengan pacarku. Tapi ini bukan pertama buat dia. Hubungan kami hanya sesaat dan kami tidak cocok. Kurasakan ia lebih banyak kekurangan dibanding Mbak Siska dan Lisa. Akhirnya ia nikah dengan orang lain. Setelah aku berhasil akhirnya menikah dengan Lisa. Dan hubungan aku dengan Mbak Siska berkurang semenjak ia menikah dengan duda beranak. Lisa mengetahui hal ini dan tidak mempermasalahkannya. Akhirnya aku memiliki anak. Dan entah kehidupan selanjutnya.
TAMAT
Waktu itu aku pulang kuliah dan pulang ke rumah bersama pacarku. Ya tentu saja peluang ini kumanfaatkan. Kunikmati tubuh pacarku. Tapi ada yang kurang. Milikku tak ia ijinkan menikmati tubuhnya. Kunikmati tubuh polos pacarku berjam-jam. Tapi kurasa aku kecewa. Sebenarnya aku ingin merasakan bersengsama. Aku berharap pacarku dapat memberikannya. Tapi apa boleh buat, karena hari sudah sore kuantar dia pulang.
Setiba di rumah lagi, sekilas aku lihat Mbak Siska baru selesai mandi. Ia terkaget karena tak menyangka aku ada di rumah. Cepat-cepat dia masuk ke kamar. Birahiku terangsang melihat tubuhnya yang hanya tertutup handuk, rasanya kuingin menikmati tubuhnya. Kulihat pintu kamarnya tertutup. Karena hasratku menginginkannya. Maka kucoba masuk ke kamarnya. Ternyata pintunya tidak terkunci dan segera kumasuk. Melihat kehadiranku, Mbak Siska terkaget. Lalu ia bertanya padaku,"Ada apa Mas Geri, Mas Geri nyari apa?" dengan canggung karena hanya mengenakan handuk.Kulihat tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Wajahnya cantik, dewasa dan lembut. Kulitnya bersih, putih mulus dan terlihat lembut. Lipatan dadanya sangat dalam. Kedua buah dadanya yang terhimpit handuk memang besar dan kelihatan benar-benar mulus, baru kulihat seperti ini. Pinggulnya membentuk dan lingkaran perutnya terlihat lebih kecil. Pahanya terlihat semua dan hampir selangkangannya terlihat tapi sayang tertutup handuk. Betisnya bagus.
Aku tak tahan melihat tubuh Mbak Siska. Perlahan kuhampiri. Lalu tanganku meraih handuk Mbak Siska dan sesaat handuknya kulepaskan. Mbak Siska benar-benar kaget. "Geri kamu kenapa?" jawab Mbak Siska dengan takut. Lalu kedua tangannya menutupi kemaluan dan dadanya. "Tubuh Mbak bagus," sahutku. Terlihat tadi keindahan tubuhnya yang polos. Kupeluk Mbak Siska. Mbak Siska berusaha menghindar. Tapi kurasakan cara menolak Mbak Siska halus. Tanpa pikir kudekap pantat Mbak Siska dengan tanganku. Dada Mbak Siska yang tertutup tangannya segera kuraih, kuremas dan kadang putingnya kupelintir-pelintir sedikit. Kurasakan padat dan kenyal di kedua tanganku. "Jangan Ger!" ucap Mbak Siska dengan lembut. Tak kuindahkan ucapannya. Segera bibirku mengecup bibirnya yang kulitnya terlihat tipis dan lembut. Kulahap bibir Mbak Siska. Terkadang Mbak Siska menolaknya tapi terkadang ia malah membalasnya.
Kugiring tubuhnya ke tempat tidur. Rasanya kuingin merasakan bersetubuh. Kemudian salah satu tanganku melepaskan resleting dan mengeluarkan milikku. Segera kudorong tubuhnya dengan tubuhku ke tempat tidur. Akhirnya tubuhnya terbaring dan kutindih. Kutempelkan milikku di bibir vagina Mbak Siska. Sesaat Mbak Siska melepaskan bibirnya dari bibirku. "Jangan Ger!" ucapnya sesaat.Tanpa pikir lagi kulahap bibirnya lagi. Rasanya inilah kesempatanku merasakan kenikmatan tubuh wanita. Dan milikku sesaat mencoba menerobos masuk. Mbak Siska melepaskan bibirku lagi."Jangan Ger!" ucapnya mengingatkanku. Kutakperdulikan ucapan Mbak Siska. Sesaat kurasakan penisku berhasil masuk dan tertelan di liang vagina Mbak Siska. "Oouuhh," ucap Mbak Siska sekeras-kerasnya. Akhirnya kurasakan kenikmatan tubuh wanita. Rasa liang vagina Mbak Siska tidak terlalu licin. Tapi kurasakan lembutnya liang vagina Mbak Siska. Kunikmati dan perlahan kukeluar masukkan. "Geri.. kamu.." ucap Mbak Siska sesaat. Beberapa lama kemudian kurasakan liang vagina Mbak Siska licin dan membuat penisku agak basah sampai ke buluku. Akhirnya kukeluar-masukkan milikku di liang vagina Mbak Siska. Kulihat dagu dan dada Mbak Siska terangkat tinggi. Desahan demi desahan ia keluarkan. Terkadang kulihat wajah Mbak Siska menghadap ke kanan dan kiri.
Aku menyukai kejadian ini, sampai-sampai milikku memuncratkan cairan di dalam tubuh Mbak Siska. "Aahh.. oouuhh.." sambil Mbak Siska ucapkan seiring semburanku. Rasanya benar-benar nikmat. Kuterdiam karena nikmat. Selang berapa saat kemudian kurasakan liang vagina Mbak Siska mendekap rapat milikku. Seakan-akan milikku digigit. Kurasakan kedua tangan Mbak Siska menarik punggungku dan segera memelukku rapat. Kurasakan badannya benar-benar menegang. Setelah itu ia terdiam lemas dan pasrah. Kurasakan aku masih pingin dan masih kuat. Tanpa basa-basi aku nikmati lagi liangnya. Matanya menatap mataku dengan lembut. Desahan pun ia keluarkan lagi. Dan akhirnya kusemburkan cairan lagi. Kusengaja di dalam, karena aku tahu Mbak Siska pernah nikah dan ia bercerai karena mandul.
Akhirnya kuselesai dan membungkus kembali milikku. Dan kududuk di pinggir tempat tidur. Kulihat Mbak Siska perlahan duduk. Sesaat dia terdiam. Kali ini kebanggaannya tidak ia tutupi dari mataku tampaknya ia sudah tidak canggung denganku. Rambut panjangnya yang agak menutupi dada ia uraikan dan rapikan ke belakang sehingga buah dadanya terlihat jelas. Tanganku memegang lagi salah satu buah dadanya. "Geri.." sahut Mbak Siska dengan raut wajah yang sudah agak memucat dari tadi. "Nggak apa-apa kan Mbak Siska?" ucapku sambil kuraba-raba dadanya dan kadang kuremas dan kumainkan putingnya. Kali ini Mbak Siska tidak menolak. Kukecup bibirnya dan kurasakan cara Mbak Lisa berciuman dan perlahan kupelajari dan akhirnya kumengerti.
Kami kali ini kami saling membalas bibir, lidah dan berebutan menghisap liur. Setelah berapa lama aku keluar dari kamar Mbak Siska. Beberapa saat kumenuju ke kamarku. Aku bersapa dengan Lisa. Lalu aku ajak ia mengobrol dan menonton di ruang TV. Kami duduk berdekatan. Terkadang kuperhatikan wajah Lisa dan memang ia manis. Kuperhatikan sosoknya dan kurasa tubuhnya bagus. Wajahnya sangat menarik. Lisa mengenakan kaos tanpa lengan dan celana pendek. Kuperhatikan satu persatu. lehernya putih bersih dan mulus memang merangsang. Pundaknya, lengannya, putih bersih dan mulus juga merangsang. Dadanya berbentuk juga berukuran. Pinggangnya yang ramping seakan enak untuk dirangkul. Pinggulnya yang berbentuk. Celana pendeknya membuat paha yang bersih dan putih mulus merangsang mata. Betisnya bagus. Tingginya lumayan.
Kudekati tubuhnya saat duduk bersamaan. Kurangkul, kupeluk. Tampaknya ia tidak menolak. Kubuai rambutnya. "Mas.. aku jadi merinding," ucap Lisa dengan agak manja. "Kenapa..? nggak apa-apa kan?" sahutku. Kurasa kehangatan dirinya melebihi pacarku. Tampaknya aku terangsang. Salah satu tanganku yang membuai rambutnya kemudian mengelus pundaknya. Satu tanganku lagi menyentuh pahanya yang merangsang. Rupanya Lisa tak menolak. Perlahan kuelus dan meraba-raba pahanya. Kulitnya halus dan lembut. Perlahan tanganku menuju ke selangkangannya dan perlahan mengelus belahannya yang tertutup celana. Kulihat Lisa membiarkanku dan wajahnya agak menegang dan grogi. Bibir bawahnya terkadang ia gigit dengan lembut. Tanganku kemudian merangkul pundaknya. Pelan-pelan tanganku berjalan ke arah dadanya. Kurasakan ia hanya diam. Lalu perlahan kudekap buah dadanya yang cukup besar dan kuraba-raba.
"Mas.." ucap Lisa pelan. Kulihat bibirnya yang mengucap. Terlihat lembut dan merangsang. Rasanya bibirku bergerak otomatis menghampiri bibir Lisa. Lalu kukecup, rasanya memang lembut. Nikmat rasanya dan langsung kulahap bibirnya dengan nafsuku. Lisa diam tak bergerak. Dia terdiam pasrah melayaniku. Lalu kupeluk Lisa secara berhadapan. Kurasakan empuk buah dadanya di dadaku. Kuraba-raba punggungnya. Perlahan tanganku turun ke pinggang Lisa lalu menyusup di dalam kaosnya. Kurasakan kulit yang lembut dan halus. Kuraih tali BH Lisa, kubuka kaitannya. Akhirnya kuelus-elus dengan leluasa punggungnya karena tak terhalang tali BH-nya. Kurasakan Lisa mengikuti keinginanku. Tanganku bergerak ke arah ketiaknya. Terasa tubuhnya goyang dan perlahan kuhampiri dadanya. Kurasakan bulatan yang besar. Tanganku tak cukup mendekap buah dadanya. Masih ada bagian yang tersisa. Akhirnya aku dapat merasakan tubuh wanita yang selama ini hanya gambar khayalan.
Lisa terdiam seakan sedang melayaniku. Perlahan kedua tanganku turun ke pinggangnya lalu kuangkat kaos dan BH-nya. Kulihat kedua buah dadanya. Akhirnya mataku dapat melihat ukuran dada yang selama ini hanya dapat kulihat di gambar-gambar. Kutatap dengan kedua mataku dan tanganku meraba-raba dan menikmati bentuknya. Kulihat Lisa hanya diam dan tegang. Wajahnya agak memucat. Kulahap bibirnya dan kuremas dadanya. Kurasakan Lisa diam pasrah. Tanganku turun dari dadanya dan turun menusup celananya. Kurasakan "hutan" Lisa di dalam celana dalamnya. Kurasakan belahan dan kumainkan tonjolan Lisa. Secara bertahap kurasakan tanganku basah dan licin. Kemudian Lisa melepaskan kecupan bibirku. "Mas Geri, jangan yang itu Mas, aku masih.." ucap Lisa. Ternyata ucapan Lisa malah merangsangku. Perlahan tanganku menyusup di liang vagina Lisa. "Aaahh.. Mas Geri," rintih Lisa seiring jariku yang tertelan di liangnya.
Secara bertahap kukeluar-masukkan jariku di liangnya sampai cepat. Kulihat dagu Lisa terangkat. Matanya terpejam. Mulutnya perlahan terbuka dan kemudian bibir bawahnya ia gigit halus. Melihat ini wajahku menghampiri salah satu buah dadanya. Kubuka mulutku. Lalu kutelan dan kuhisap putingnya. Sesaat ia membusungkan dadanya. Serasa aku diberikan menu pilihan oleh Lisa. Kemudian kuberhenti dan kami berhenti sesaat.
Kurasakan birahiku menginginkan senggama. Kuajak Lisa ke kamarku. Kami duduk di pinggir tempat tidur. Kami berpelukan berciuman dan kedua tanganku menggerayangi tubuhnya. Sesaat satu persatu kain yang menyeliuti tubuh kami terlepas. Bibir, leher, telinga, pundak, punggung, buah dada, perut, pinggang, belahan selangkangannya, pahanya kunikmati dengan mulut dan tanganku. Sesaat posisinya terlentang. Kedua pahanya kubuat mengangkang lebar. Terlihat dengan jelas bagian demi bagian kenikmatan di belahan Lisa. Milikku kuhunuskan di bibir vagina Lisa. Perlahan kumasukkan milikku. Kurasakan kepala milikku agak tertelan. Sesaat Lisa menahan nafas merasakan milikku menyusup sesaat. Dagunya terangkat dan dadanya mengusung. Kudiamkan milikku tertahan. Kupeluk tubuhnya. Kuciumi dagunya yang terangkat kemudian seluruh lehernya. Kurasakan bibir vagina Lisa basah dan licin. Perlahan kumasukkan penisku ke dalam liang Lisa yang lebih mendekap ke rahim Mbak Siska. Kurasakan kelembutan liang Lisa. Sesaat kumerasakan kenikmatan wanita yang memiliki ciri khas masing-masing.
Kulihat mulut Lisa terbuka. Bibir dan mulutnya bergetar. Seakan mendesah tanpa suara. Matanya setengah terpejam. Wajahnya terkadang berpindah-pindah hadapan. Kurasakan ganjalan buah dada Lisa di saat aku memeluknya. Desahan demi desahan akhirnya terdengar jelas dari bibir Lisa. Kurasakan puncakku tiba. Kucabut milikku dan sesaat bagian perut sampai wajah Lisa terkena semburanku.
Sesaat kulihat Lisa menjilat cairanku yang menepel di bibirnya. Tampaknya ia menyukainya dan kemudian ia telan. Melihat ini kuhampiri wajah Lisa dan milikku kutempelkan ke bibirnya. Awalnya ia canggung. Kemudian ia buka mulutnya. Kemudian kumasukkan milikku ke mulutnya. Ia pun melahapnya juga. Sesaat kurasakan milikku di dalam mulut Lisa yang lembut. Kurasakan milik dan cairanku ditelan habis. Tampaknya aku masih sanggup menyetubuhinya. Tanpa pikir lagi kubuat posisi bersetubuh. Kutancapkan milikku lagi di liang vagina Lisa. Sesaat ia menegang lagi. Kunikmati lagi liang Lisa. Dan kurasakan liang Lisa, kemudian mendekap dan seakan menggigit milikku. Tangannya meremas pantatku dengan kuat. Ah, tanpa bisa terkontrol aku melepaskan cairanku di dalam tubuh Lisa. Aku terdiam sesaat. Kurasakan nikmat dan bingung. Semoga Lisa tidak hamil. Lalu kemudian kami mandi dan di sana kami juga sempat melakukannya lagi. Rasanya aku ketagihan.
Selesai mandi Mbak Siska kulihat di dalam kamar. Aku dan Lisa keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang polos.
"Kalian kenapa?" tanya Mbak Lisa kepada kami.
"Nggak kenapa-napa kok Mbak," sahutku.
"Kamu nggak kenapa-napa Lis?" tanya Mbak Siska.
"Nggak kenapa-napa kok Mbak," jawab Lisa.
Mbak Siska heran melihat keadaan kami. Kulihat Lisa mengambil pakaiannya kembali dan ia pakai. Kemudian Mbak Siska menghampiri Lisa dan menanyakan sesuatu. Saat itu aku sedang mengenakan pakaianku.
Setelah beberApa lama mereka selesai berbincang.
"Mas Geri aku keluar ya," sahut Lisa.
"Ya Lis," sahutku.
"Mbak Siska tadi bingung ngeliat rumah sepi, Mbak kira kalian pada kemana," tanya Mbak Siska kepadaku.
"Kami di sini lagi.." sahutku dengan nada bingung.
"Lisa nggak kenapa-napa kan Ger?" tanya Mbak Siska.
"Nggak kenapa-napa Mbak, Cuma.." sahutku sambil aku mendekatinya.
Kedua tanganku memeluk pinggangnya. "Ada apa Ger?" tanya Mbak Siska sambil membuai rambutku.Kemudiam aku mengecup bibir Mbak Siska dan kami berciuman sesaat. Kemudian Mbak Siska melepaskan kecupanku. "Ger udah ya.. Mbak mau keluar," sahut Mbak Siska.
Tampaknya aku ketagihan terhadap mereka. Kejadian ini terus berulang dan untung Lisa tidak hamil. Aku sempat berhubungan bersamaan dengan Mbak Siska dan Lisa. Beberapa lama kemudian aku juga melakukan hubungan seperti ini dengan beberapa teman perempuan. Akhirnya aku juga berhubungan dengan pacarku. Tapi ini bukan pertama buat dia. Hubungan kami hanya sesaat dan kami tidak cocok. Kurasakan ia lebih banyak kekurangan dibanding Mbak Siska dan Lisa. Akhirnya ia nikah dengan orang lain. Setelah aku berhasil akhirnya menikah dengan Lisa. Dan hubungan aku dengan Mbak Siska berkurang semenjak ia menikah dengan duda beranak. Lisa mengetahui hal ini dan tidak mempermasalahkannya. Akhirnya aku memiliki anak. Dan entah kehidupan selanjutnya.
TAMAT
sahabat ku lia
Kata orang, sahabatan antara cewek dan cowok adalah sesuatu yang enggak mungkin. Hmm... mungkin ada benarnya kalo melihat persahabatan aku dengan Lia, seorang gadis imut teman sekelasku sewaktu kuliah.
Aku mulai bersahabat dengan Lia sejak aku masuk kuliah. sampai lulus kuliahpun kami tetap bersahabat. Hmm... dalam hati kecilku sebenarnya aku ingin lebih dari sahabat. Aku sangat menyukai Lia, gadis imut yang selalu ceria. Gadis yang tidak pernah melepaskan seyum dan tawa dari bibirnya, gadis yang selalu mewarnai mimpi indahku.
Tapi sial, Lia selalu mengenalkan aku ketemannya sebagai sahabat. Dan lebih parahnya lagi, begitu semangatnya dia bercerita pada orang-orang kalo kami berdua tuh seperti kakak adik. Hal itu yang selalu menghalangi aku untuk menyatakan kalau aku suka padanya, bahkan lebih, aku jatuh cinta padanya.
Kejadian ini terjadi saat kami baru selesai wisuda dan sama-sama berusaha untuk mencari pekerjaan. Suatu saat ada panggilan kerja di jakarta yang aku dan Lia ikut dalam panggilan itu. Oh iya, aku belum bilang kalau aku tetap tinggal dibandung setelah wisuda.
Setelah menjalani test kerja, aku mengajak Lia kerumahku sebentar sebelum kembali ke bandung. Iya, orangtuaku tinggal dijakarta, tapi aku lebih memilih tinggal dibandung setelah wisuda karena aku lebih suka tinggal dibandung, relatif gak ada macet, dan tentu saja ada Lia yang sangat aku sayangi di bandung. Aku mengajaknya kerumahku untuk sekedar berganti baju dan beristirahat sebelum kembali ke bandung.
Sesampainya dirumahku, aku menemui rumahku kosong. "Wah, pada kemana nih ??" kataku ke Lia. "Telepon aja yan !" kata Lia padaku.
Aku mendial no hp ibuku dari ponselku. "Ma.. Ada dimana ?" tanyaku lewat telpon saat sambungannya terhubung. "Loh kamu pulang ? Mama sama papa jenguk adikmu" jawab mamaku lewat telpon. Ternyata orangtuaku menjenguk adikku yang kuliah di kota lain. "Kalo kamu mo masuk minta kunci aja sama tante erni, mama titipin kedia" suruh ibuku untuk meminta kunci ke tante erni tetangga sebelah rumahku. "Ya udah deh, aku ambil ke tante erni". Aku menutup telepon kemudian beranjak kerumah tante erni.
Setelah membuka rumah, aku mengajak Lia masuk.
"Lia, kamu ganti baju aja dulu, aku mau ke kamarku sebentar" kataku ke Lia sambil menunjukkan kamar kecil kedia. "Oke deh" jawabnya sambil membawa tas plastik berisi kaos ganti.
Aku masuk kekamarku dan mengganti baju disana. Saat aku keluar, ternyata Lia sudah selesai mengganti baju. Dia menonton tv di ruang keluarga.
Lia mengganti bajunya dengan kaus putih favoritnya. Sebenernya aku udah pernah ngomentari dia supaya jangan pake kaus itu lagi. Soalnya kaus itu agak-agak semi transparan. Untuk deskripsinya, kaus putih itu ada bagian yang bahannya jarang, seperti benangnya diambil. Bagian yang transparan itu membentuk garis-garis miring. Buat yang melihat kalo agak jeli dikit bisa melihat bra dan kulit mulusnya. Dan yang membuat aku gak suka, kaus kecil itu ngebentuk banget bodynya. Tubuh Lia memang kecil imut, tapi proporsional. Dadanya yang bulat terlihat besar dibandingkan badannya yang kecil.
Untuk roknya, dia masih memakai rok tadi. He..he..he.. aku selalu komentarin dia kalo pake rok, soalnya dengan memakai rok pantatnya yang bulat itu terlihat semakin besar . Aku selalu berfikir dengan pinggul dan pantat begitu, pasti dia gak akan mengalami kesulitan kalo punya anak nanti.
"Lagi nonton apa ?" tanyaku ke Lia yang duduk disofa ruang keluarga. "He..he..he.. gosip !" tawa renyahnya keluar saat menjawabku.
Aku duduk disebelahnya ikut menonton. Lia mengomentari gosip-gosip yang diberitain, aku cuma ketawa-ketawa aja ngeliat dia yang semangat banget mengomentari. Aku gak tau bagaimana mulanya, tangan kiriku menggengam tangan kanannya sewaktu menonton, seiring itu kami jadi jarang berbicara, entah apa yang ada didalam pikirannya.
"Yan, aku kekamar kecil dulu ya" katanya dan segera bangkit. Aku mengangguk dan pegangan tangan kami terlepas. Saat dia ke belakang aku menarik nafas panjang menahan gejolak hatiku.
Sekembalinya dari kamar kecil, Lia kembali duduk disebelahku. Entah kenapa dia kembali menggenggam tanganku. Aku cuma tersenyum kepadanya. Suasana kembali hening, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Aku mengelus tangannya, dia cuma tersenyum. Cukup lama aku mengelus tangan dan lengannya, akhirnya dia merebahkan kepalanya ke pundakku. Aku melingkarkan tanganku ketubuhnya, badannya jadi bersandar didadaku.
"Rambut kamu bagus" kataku memecah keheningan. Dia cuma terseyum. Aku mengelus-elus rambut panjangnya yang harum itu. Entah apa yang ada dipikiranku, aku mencium kepalanya. Dia menoleh kepadaku tersenyum, kemudian kembali menonton tv.
Keberanianku makin banyak, aku mencium kepalanya sekali lagi. Dia menoleh kearahku, kali ini aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, aku mencium keningnya.
Lia menggeser badannya, mendekatkan mukanya ke mukaku. Melihat itu, tanpa ragu-ragu aku mengecup bibirnya. Hmm.. ternyata satu kecupan tidak cukup, aku memagut bibirnya, Lia membalas ciumanku. Aku tambah semangat, apalagi Lia membuka mulutnya, sehingga aku bisa menyedot bibir bawahnya. Sedotanku dibalas dengan sedotannya kebibir atasku.
Ciuman kami makin panas saat lidahku bermain didalam mulutnya. Ternyata dia juga membalas dengan memainkan lidahnya. "Clop..clop..clop..." suara sedotan-sedotan ciuman kami. Aku mendorong tubuh Lia untuk rebahan di sofa besar ini.
Posisi kami sekarang lebih enak, Lia terlentang dan aku diatasnya. Dengan posisi ini, tanganku lebih bebas. Perlahan tangan kananku keletakkan di payudaranya. Aku remas perlahan. "Hmmm..." lenguhnya agak marah. Aku tarik tanganku, takut Lia marah atas kelakuanku. Setelah beberapa lama, aku beranikan lagi untuk menaruh tanganku kepayudaranya. Tiba-tiba tangan Lia mencengkaram tanganku yang ada di payudaranya. Aku takut sekali Lia marah, tapi ternyata....... Lia malah menekan tanganku supaya meremas payudaranya.
Atas "izinnya" itu aku mulai meremas-remas payudaranya dari luar kaosnya. Ciumanku tidak lepas selama aku meremas-remas payudara kiri dan kanan bergantian.
Aku memberanikan diri untuk memasukkan tanganku dari bawah kausnya. Sekarang tanganku meremas-remas payudaranya dari luar branya. Hmm... kenyal dan bulat sekali payudara yang tak pernah dijamah orang lain ini. Tak puas meremas dari luar bra, aku selipkan tanganku kedalam branya dan meremas langsung ke payudaranya. "Akh...Akh..Akh..." lenguh Lia saat aku mulai meremas-remas payudaranya.
"Sebentar yan..." lia bangkit, kemudian berusaha melepas kait branya yang berada dibelakang. Aku membantunya. Setelah terlepas, Lia kembali rebahan. Aku mengangkat kaus Lia sehingga terlihat bra longgar karena sudah terlepas kaitnya. Aku angkat juga bra itu maka terlihatnya payudara liat yang bulat itu. Pentilnya coklat bersih terlihat membesar.
Aku memberanikan diri untuk mengecup payudaranya. Lia cuma terseyum. Kemudian aku mulai menyedot pentil itu sambil meremas-remasnya. "Akhhh... Akh...Akh..." lenguhan Lia makin keras. Ditambah tubuhnya makin tegang. Setiap aku menyedot payudaranya, Lia membusungkan dadanya supaya bisa aku sedot. Cukup lama juga aku menyedot payudaranya, tubuh Lia mengejang-ngejang keenakan.
Nafsuku sudah naik diubun-ubun, aku sudah tidak tahan untuk menyetubuhinya, tapi aku berusaha menahan, Lia masih perawan.
Bosan dengan menyedot-nyedot payudaranya, aku naik keatas untuk mencium bibirnya. Tangan Lia menuntun tanganku untuk meremas kembali payudaranya.
Kali ini aku menggesek-gesekkan penisku yang masih ada didalam celana ke selangkangannya. Roknya tersingkap karena dia membuka pahanya lebar, gesekan penisku langsung ke celana dalamnya yang sudah mulai basah itu. Gesekan penisku mendapat respon, Lia ikut menggoyang pinggulnya sehingga gesekan kami makin hebat. Sebenarnya kalau dilihat gerakan kami sudah seperti orang yang bersetubuh, cuma bedanya kami masih memakai pakaian lengkap, cuma kaos Lia yang terangkat karena aku meremas payudaranya langsung.
Aku membuka kancing celanaku, membuka reslting dan mengeluarkan penisku. Setelah penisku keluar, aku menusuk-nusukkan penisku ke celana dalamnya yang basah itu. Kalau celana dalam itu tidak ada, pasti penisku sudah menerobos lobang vagina perawan Lia.
Dengan gerakan tusuk-tusuk itu, Lia makin mengelinjang. Aku sudah tidak mencium bibirnya, dia lebih memilih menggerak-gerakkan kepalanya sesuai goyangan selangkangannya sambil mengeluarkan suara-suara lenguhan "Ahh.. Ahh.. Ah...". Aku makin tidak tahan, aku meraba selangkangannya dari luar celana dalamnya. Hmmm.. basah sekali disitu.
Aku nekat, aku menarik pinggir celana dalamnya sehingga vaginanya terbuka lebar, Aku gesekkan penisku ke belahan vagina Lia, "Akhhhhh.. Akh... Akhh.." Lia makin mengelinjang. Aku coba menusuk penis kevaginanya sedikit keras.
"Aduh !!!" teriak Lia dan tangannya mendarat dipipiku "Plak !!". Lia mendorong tubuhku kuat-kuat.
"Rian kamu jahat !!!" pekiknya kemudian mulai menangis.
"Maafin aku Lia, aku kira kamu juga mau" kilahku.
"Rian jahat, kita harusnya gak boleh melakukan ini" katanya sambil menangis.
"Maafin aku Lia, aku khilaf. Aku terbawa nafsu" jawabku.
Lia menutup mukanya sambil menangis. Hmmn.... aku menarik nafas menyesal. Aku duduk disebelahnya mencoba untuk mengelus kepalanya, tapi tanganku ditepis. Akhirnya aku hanya duduk terdiam.
Setelah beberapa lama, tangis Lia mereda, dia mulai membenahi bra dan pakaiannya, kemudian berkata "Ayo kita pulang..". Dia mengatakan itu dengan muka marah. Aku yang dibebani rasa bersalah mulai berkemas.
Sepanjang perjalanan Lia hanya terdiam dengan wajah muram sedikit marah. Akupun terdiam takut memancing kemarahan Lia lebih besar.
-----------------------------------------------------------------
Di puncak pass, aku berhenti.
"Lia, kita makan dulu ya, dari tadi kita belum makan" ajakku ke Lia. Tapi Lia hanya membuang muka kepadaku. Akhirnya aku keluar mobil untuk membeli makanan kecil dan minuman.
"Lia, aku minta maaf soal tadi siang. maaf ya.... Sekarang please makan dulu ya, kita belum makan dari tadi siang" kataku ke Lia. Lia hanya terdiam.
Aku bukakan makanan dan aku taruh di depannya. Aku tidak mau memaksa, takut Lia tambah marah. Aku memakan makananku sampai habis... aku lapar sekali.
"Lia.... aku bener-bener minta maaf, please maafin aku ya" kataku. Lia memandangku tajam. "Maaf ya..." ulangku. Lia menghela nafas, kemudian berkata kecil "Iya aku maafin......". Aku terseyum kecil agak dipaksakan, kemudian aku pegang tangannya dan berkata lagi. "Aku nyesel banget, maafin aku ya udah kurang ajar sama kamu. Sekarang aku mohon kamu makan dulu ya" kataku.
Lia cuma tersenyum kecil sambil menggenggam tanganku. Kemudian dia mulai memakan makanannya.
Selesai makan dan minum, Lia terdiam lagi merenung. Aku sungguh merasa tidak enak. "Lia, ada masalah lagi ?" tanyaku. Lia menggigit bibir bawahnya sambil menatapku. Tangannya ditekuk menutupi dadanya. Kemudian dia mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berkata pelan..
"Rian, aku mau yang kayak tadi siang lagi...."
Aku sungguh terkejut. "Apa ???" tanyaku tercengang.
"Ya udah kalo gak mau" katanya ketus kemudian membalik badan membelakangiku.
Aku shock, terdiam, kemudian menstater mobilku. Aku mengarahkan mobilku ke hotel yang ada didekat situ.
Selama mendaftar untuk check in sampai kamar tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua. Setelah pintu kututup, kami langsung berpelukan dengan erat.
"Lia, sebenarnya aku sayang banget sama kamu" kataku di telinganya.
"Aku juga sayang kamu Rian" jawabnya lemah.
Aku mengecup bibirnya, Lia membalas ciumanku. Tanpa canggung kali ini. Ciuman kami makin panas, ditambah aku juga meremas-remas payudaranya. "Hmnmm.. Hmmm.." lenguh Lia tertahan.
Aku mengangkat tubuh lia dan aku rebahkan ditempat tidur. Posisi kami sama seperti waktu di sofa, Lia terlentang dengan paha terbuka dan aku menindih diatasnya. Ciuman kami teruskan. Aku mencoba melepas kait bra, tapi Lia bertindak lebih. Lia membuka kausnya. Aku melepaskan kait branya saat lia melengkungkan tubuhnya keatas, kemudia bra itu aku buang ke lantai.
Aku murai meremas-remas payudara Lia sambil menciuminya hebat. Kadang-kadang aku menjilati lehernya. Lia cuma melenguh saat aku memainkan pentil payudaranya.
Lia berusaha membuka kausku, aku bantu dia dan membuang kaus itu ke lantai. Sekarang kami sudah setengan telanjang. Aku menciumi Lia lagi, sekarang kami sudah kontak kulit langsung dibagian atas tubuh.
Aku mulai menyedot-nyedot payudaranya. "Agh,.. agh.... aghk..." lenguhnya merespon sedotanku. Nafsuku sudah pol keubun-ubun, aku mencoba membuka rok yang menggangu itu. Lia membantu dengan mengangkat pinggulnya. Saat menurunkan rok itu, aku sekalian menurunkan celana dalamnya. Aku berdebar, takut Lia marah lagi. Tapi dia tersenyum, Hmm... dia tersenyum dengan keadaan bugil !
Aku naik keatas untuk menciumnya lagi, tapi ternyata Lia lebih tertarik untuk membuka kancing celanaku. "Yan buka dong, masa aku aja" katanya. Aku berdiri dan melepaskan celana panjang dan celana dalamku.
Saat aku kembali Lia terlentang dengan mengatupkan pahanya. Aku berusaha membuka pahanya, dia malah tertawa. "Mau apa ?" katanya menggoda. "he..he..he.." tawaku, tapi akhirnya dia membuka pahanya juga. Kemudian aku menempatkan diri diantara kedua paha itu.
Kemudian aku menggesek-gesekkan penisku dipermukaan vaginanya. "ehhh...ehh..." lenguh tertahan Lia pelan.
"Lia... aku masukin ya.." pintaku lembut. Lia cuma mengangguk kecil sambil menggigit bibir bawahnya. "Nanti agak sakit kayak tadi, tapi cuma sebentar kok" kataku menenangkan dia yang terlihat gugup. "Pelan-pelan ya Yan.." katanya.
Aku mengarahkan penisku ke vaginanya. Kemudian perlahan aku mulai mendorong penisku. "aaaakh..." rintih Lia "sakit yan'. Aku menarik kembali kemudian perlahan mendorongnya lagi, kali ini lebih dalam. "sakiiiiitt....." rintih Lia pelan. Hmmm sebenarnya aku kasihan, tapi bagaimana lagi, vagina Lia sempit sekali dan agak kering karena dia gugup.
Akhirnya aku dorong kuat. "AKHHHH..." teriak Lia. "Sakit Yan....". Tapi penisku sudah masuk semua. Aku diamkan penisku supaya Lia tenang dulu. Aku mulai menciuminya dan meremas-remas payudaranya. Setelah beberapa lama sepertinya sakitnya sudah hilang, badannya bergetar lagi dan lenguhannya mulai keluar "Ah...ah...ahhh...".
Aku coba menggoyang penisku perlahan, vaginanya terasa mulai basah. "Akh...akh.." lenguh Lia yang sekarang menutup matanya. Merasa vaginanya sudah cukup basah, aku mulai menggoyang penisku lebih cepat. Lia hanya menggigit bibir bawahnya sambil menggerak-gerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Bahkan sekali-sekali tangannya memegang pantatku membantu menekan penisku kedalam vaginanya.
Setelah beberapa lama dalam posisi itu, aku coba bangkit. "aaa... Rian mo kemana ?" kata Lia sambil memelukku erat. Matanya memandangku dengan tatapan tidak rela. "Ganti posisi ya biar enak" kataku. "Gini aja yan, aku pengen dipeluk...please..." katanya memohon. Aku mengurungkan niatku dan memeluknya kembali dan memulai mengeluar masukkan penisku divaginanya. Hmm... mungkin Lia memang perlu dipeluk supaya tenang, maklum kan ini pertama kalinya buat dia.
Setelah sekian lama, aku mau mencoba gaya lain. Aku mengangkat badanku kembali "Rian mo kemana ?" katanya lagi dengan nada lebih tinggi. Aku tetap mengangkat tubuhku, tubuh Lia ikut terangkat karena dia memelukku kuat. Akhirnya aku memilih untuk posisi duduk saja, dengan Lia diatas panggkuanku. Aku mulai menggoyang pinggulku. "Lia... ikut goyang ya, biar enak" kataku ke Lia. Lia mulai menggoyang pinggulnya. "Enak yan...." katanya dengan menggoyang pinggulnya lebih kencang. He..he..he.. kayaknya karena pinggulnya bebas dia menggoyang sesuai arah yang dia mau.
Akhirnya aku rebahkan tubuhku menjadi terlentang. Lia tetap menegakkan badannya dengan tanggannya menahan didadaku. Sekarang Lia menaik turunkan tubuhnya, menghujamkan penisku ke vaginanya. Kadang-kadang dia memutar pinggulnya, sepertinya dia sudah mulai menemukan titik-titik nikmat vaginanya sendiri
Tak lama Lia ambruk ke dadaku. "Aduh yan enak banget, tapi aku capek banget" katanya ngos-ngosan. Kemudian aku membalikkan tubuhnya supaya terlentang. Kini kembali aku diatasnya. Aku mulai menggenjot Lia lagi. Kali ini pinggulnya liar sekali. "Hgh..Hgh..Hgh...." lenguhnya dan tiba-tiba dia memelukku erat "AKHHHHH....." pekiknya. Lia mencapai orgasme pertamanya.
Aku menghentikkan goyanganku, memberikan Lia kesempatan menikmati orgasmenya. Perlahan pelukkannya di lepas dan tangannya direntangkan.
"Rian aku udah..." katanya pelan. Aku cuma terseyum. Wah emang perawan ting-ting... . "Sedikit lagi ya Lia..." pintaku halus. Dia cuma mengangguk pelan. Aku mulai mengoyang pinggulku lagi. He..he..he.. kali ini Lia benar-benar diam tak bergerak, wah habis puas gak mau bantu aku nih Tapi karena vaginanya licin sekali, tak lama kemudian aku sudah tidak tahan. Aku cabut penisku dan memyemprotkan spermaku diatas perutnya.
"He..he..he.. lucu.." tawanya sambil mengusap-usap spermaku diperutnya. "Wah.... " kataku. "Ya udah kita bersihin dulu yuk" ajakku ke kamar madi.
Setelah membersihkan badan dari kamar mandi, aku tidur terlentang di tempat tidur masih bugil. Lia yang masih bugil mengikutiku dan tidur diatas dadaku. Kemudian aku menarik selimut untuk kami berdua.
"Rian...." panggil Lia yang masih tidur didadaku pelan.
"Ya sayang...?" jawabku.
"Rian, kamu dah ngambil semuanya dari aku. Janji ya kamu mau nikahin aku" katanya manja.
Aku terseyum padanya dan berkata "Tentu aja sayang..." kemudian aku mengecup keningnya.
Tamat
Aku mulai bersahabat dengan Lia sejak aku masuk kuliah. sampai lulus kuliahpun kami tetap bersahabat. Hmm... dalam hati kecilku sebenarnya aku ingin lebih dari sahabat. Aku sangat menyukai Lia, gadis imut yang selalu ceria. Gadis yang tidak pernah melepaskan seyum dan tawa dari bibirnya, gadis yang selalu mewarnai mimpi indahku.
Tapi sial, Lia selalu mengenalkan aku ketemannya sebagai sahabat. Dan lebih parahnya lagi, begitu semangatnya dia bercerita pada orang-orang kalo kami berdua tuh seperti kakak adik. Hal itu yang selalu menghalangi aku untuk menyatakan kalau aku suka padanya, bahkan lebih, aku jatuh cinta padanya.
Kejadian ini terjadi saat kami baru selesai wisuda dan sama-sama berusaha untuk mencari pekerjaan. Suatu saat ada panggilan kerja di jakarta yang aku dan Lia ikut dalam panggilan itu. Oh iya, aku belum bilang kalau aku tetap tinggal dibandung setelah wisuda.
Setelah menjalani test kerja, aku mengajak Lia kerumahku sebentar sebelum kembali ke bandung. Iya, orangtuaku tinggal dijakarta, tapi aku lebih memilih tinggal dibandung setelah wisuda karena aku lebih suka tinggal dibandung, relatif gak ada macet, dan tentu saja ada Lia yang sangat aku sayangi di bandung. Aku mengajaknya kerumahku untuk sekedar berganti baju dan beristirahat sebelum kembali ke bandung.
Sesampainya dirumahku, aku menemui rumahku kosong. "Wah, pada kemana nih ??" kataku ke Lia. "Telepon aja yan !" kata Lia padaku.
Aku mendial no hp ibuku dari ponselku. "Ma.. Ada dimana ?" tanyaku lewat telpon saat sambungannya terhubung. "Loh kamu pulang ? Mama sama papa jenguk adikmu" jawab mamaku lewat telpon. Ternyata orangtuaku menjenguk adikku yang kuliah di kota lain. "Kalo kamu mo masuk minta kunci aja sama tante erni, mama titipin kedia" suruh ibuku untuk meminta kunci ke tante erni tetangga sebelah rumahku. "Ya udah deh, aku ambil ke tante erni". Aku menutup telepon kemudian beranjak kerumah tante erni.
Setelah membuka rumah, aku mengajak Lia masuk.
"Lia, kamu ganti baju aja dulu, aku mau ke kamarku sebentar" kataku ke Lia sambil menunjukkan kamar kecil kedia. "Oke deh" jawabnya sambil membawa tas plastik berisi kaos ganti.
Aku masuk kekamarku dan mengganti baju disana. Saat aku keluar, ternyata Lia sudah selesai mengganti baju. Dia menonton tv di ruang keluarga.
Lia mengganti bajunya dengan kaus putih favoritnya. Sebenernya aku udah pernah ngomentari dia supaya jangan pake kaus itu lagi. Soalnya kaus itu agak-agak semi transparan. Untuk deskripsinya, kaus putih itu ada bagian yang bahannya jarang, seperti benangnya diambil. Bagian yang transparan itu membentuk garis-garis miring. Buat yang melihat kalo agak jeli dikit bisa melihat bra dan kulit mulusnya. Dan yang membuat aku gak suka, kaus kecil itu ngebentuk banget bodynya. Tubuh Lia memang kecil imut, tapi proporsional. Dadanya yang bulat terlihat besar dibandingkan badannya yang kecil.
Untuk roknya, dia masih memakai rok tadi. He..he..he.. aku selalu komentarin dia kalo pake rok, soalnya dengan memakai rok pantatnya yang bulat itu terlihat semakin besar . Aku selalu berfikir dengan pinggul dan pantat begitu, pasti dia gak akan mengalami kesulitan kalo punya anak nanti.
"Lagi nonton apa ?" tanyaku ke Lia yang duduk disofa ruang keluarga. "He..he..he.. gosip !" tawa renyahnya keluar saat menjawabku.
Aku duduk disebelahnya ikut menonton. Lia mengomentari gosip-gosip yang diberitain, aku cuma ketawa-ketawa aja ngeliat dia yang semangat banget mengomentari. Aku gak tau bagaimana mulanya, tangan kiriku menggengam tangan kanannya sewaktu menonton, seiring itu kami jadi jarang berbicara, entah apa yang ada didalam pikirannya.
"Yan, aku kekamar kecil dulu ya" katanya dan segera bangkit. Aku mengangguk dan pegangan tangan kami terlepas. Saat dia ke belakang aku menarik nafas panjang menahan gejolak hatiku.
Sekembalinya dari kamar kecil, Lia kembali duduk disebelahku. Entah kenapa dia kembali menggenggam tanganku. Aku cuma tersenyum kepadanya. Suasana kembali hening, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Aku mengelus tangannya, dia cuma tersenyum. Cukup lama aku mengelus tangan dan lengannya, akhirnya dia merebahkan kepalanya ke pundakku. Aku melingkarkan tanganku ketubuhnya, badannya jadi bersandar didadaku.
"Rambut kamu bagus" kataku memecah keheningan. Dia cuma terseyum. Aku mengelus-elus rambut panjangnya yang harum itu. Entah apa yang ada dipikiranku, aku mencium kepalanya. Dia menoleh kepadaku tersenyum, kemudian kembali menonton tv.
Keberanianku makin banyak, aku mencium kepalanya sekali lagi. Dia menoleh kearahku, kali ini aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, aku mencium keningnya.
Lia menggeser badannya, mendekatkan mukanya ke mukaku. Melihat itu, tanpa ragu-ragu aku mengecup bibirnya. Hmm.. ternyata satu kecupan tidak cukup, aku memagut bibirnya, Lia membalas ciumanku. Aku tambah semangat, apalagi Lia membuka mulutnya, sehingga aku bisa menyedot bibir bawahnya. Sedotanku dibalas dengan sedotannya kebibir atasku.
Ciuman kami makin panas saat lidahku bermain didalam mulutnya. Ternyata dia juga membalas dengan memainkan lidahnya. "Clop..clop..clop..." suara sedotan-sedotan ciuman kami. Aku mendorong tubuh Lia untuk rebahan di sofa besar ini.
Posisi kami sekarang lebih enak, Lia terlentang dan aku diatasnya. Dengan posisi ini, tanganku lebih bebas. Perlahan tangan kananku keletakkan di payudaranya. Aku remas perlahan. "Hmmm..." lenguhnya agak marah. Aku tarik tanganku, takut Lia marah atas kelakuanku. Setelah beberapa lama, aku beranikan lagi untuk menaruh tanganku kepayudaranya. Tiba-tiba tangan Lia mencengkaram tanganku yang ada di payudaranya. Aku takut sekali Lia marah, tapi ternyata....... Lia malah menekan tanganku supaya meremas payudaranya.
Atas "izinnya" itu aku mulai meremas-remas payudaranya dari luar kaosnya. Ciumanku tidak lepas selama aku meremas-remas payudara kiri dan kanan bergantian.
Aku memberanikan diri untuk memasukkan tanganku dari bawah kausnya. Sekarang tanganku meremas-remas payudaranya dari luar branya. Hmm... kenyal dan bulat sekali payudara yang tak pernah dijamah orang lain ini. Tak puas meremas dari luar bra, aku selipkan tanganku kedalam branya dan meremas langsung ke payudaranya. "Akh...Akh..Akh..." lenguh Lia saat aku mulai meremas-remas payudaranya.
"Sebentar yan..." lia bangkit, kemudian berusaha melepas kait branya yang berada dibelakang. Aku membantunya. Setelah terlepas, Lia kembali rebahan. Aku mengangkat kaus Lia sehingga terlihat bra longgar karena sudah terlepas kaitnya. Aku angkat juga bra itu maka terlihatnya payudara liat yang bulat itu. Pentilnya coklat bersih terlihat membesar.
Aku memberanikan diri untuk mengecup payudaranya. Lia cuma terseyum. Kemudian aku mulai menyedot pentil itu sambil meremas-remasnya. "Akhhh... Akh...Akh..." lenguhan Lia makin keras. Ditambah tubuhnya makin tegang. Setiap aku menyedot payudaranya, Lia membusungkan dadanya supaya bisa aku sedot. Cukup lama juga aku menyedot payudaranya, tubuh Lia mengejang-ngejang keenakan.
Nafsuku sudah naik diubun-ubun, aku sudah tidak tahan untuk menyetubuhinya, tapi aku berusaha menahan, Lia masih perawan.
Bosan dengan menyedot-nyedot payudaranya, aku naik keatas untuk mencium bibirnya. Tangan Lia menuntun tanganku untuk meremas kembali payudaranya.
Kali ini aku menggesek-gesekkan penisku yang masih ada didalam celana ke selangkangannya. Roknya tersingkap karena dia membuka pahanya lebar, gesekan penisku langsung ke celana dalamnya yang sudah mulai basah itu. Gesekan penisku mendapat respon, Lia ikut menggoyang pinggulnya sehingga gesekan kami makin hebat. Sebenarnya kalau dilihat gerakan kami sudah seperti orang yang bersetubuh, cuma bedanya kami masih memakai pakaian lengkap, cuma kaos Lia yang terangkat karena aku meremas payudaranya langsung.
Aku membuka kancing celanaku, membuka reslting dan mengeluarkan penisku. Setelah penisku keluar, aku menusuk-nusukkan penisku ke celana dalamnya yang basah itu. Kalau celana dalam itu tidak ada, pasti penisku sudah menerobos lobang vagina perawan Lia.
Dengan gerakan tusuk-tusuk itu, Lia makin mengelinjang. Aku sudah tidak mencium bibirnya, dia lebih memilih menggerak-gerakkan kepalanya sesuai goyangan selangkangannya sambil mengeluarkan suara-suara lenguhan "Ahh.. Ahh.. Ah...". Aku makin tidak tahan, aku meraba selangkangannya dari luar celana dalamnya. Hmmm.. basah sekali disitu.
Aku nekat, aku menarik pinggir celana dalamnya sehingga vaginanya terbuka lebar, Aku gesekkan penisku ke belahan vagina Lia, "Akhhhhh.. Akh... Akhh.." Lia makin mengelinjang. Aku coba menusuk penis kevaginanya sedikit keras.
"Aduh !!!" teriak Lia dan tangannya mendarat dipipiku "Plak !!". Lia mendorong tubuhku kuat-kuat.
"Rian kamu jahat !!!" pekiknya kemudian mulai menangis.
"Maafin aku Lia, aku kira kamu juga mau" kilahku.
"Rian jahat, kita harusnya gak boleh melakukan ini" katanya sambil menangis.
"Maafin aku Lia, aku khilaf. Aku terbawa nafsu" jawabku.
Lia menutup mukanya sambil menangis. Hmmn.... aku menarik nafas menyesal. Aku duduk disebelahnya mencoba untuk mengelus kepalanya, tapi tanganku ditepis. Akhirnya aku hanya duduk terdiam.
Setelah beberapa lama, tangis Lia mereda, dia mulai membenahi bra dan pakaiannya, kemudian berkata "Ayo kita pulang..". Dia mengatakan itu dengan muka marah. Aku yang dibebani rasa bersalah mulai berkemas.
Sepanjang perjalanan Lia hanya terdiam dengan wajah muram sedikit marah. Akupun terdiam takut memancing kemarahan Lia lebih besar.
-----------------------------------------------------------------
Di puncak pass, aku berhenti.
"Lia, kita makan dulu ya, dari tadi kita belum makan" ajakku ke Lia. Tapi Lia hanya membuang muka kepadaku. Akhirnya aku keluar mobil untuk membeli makanan kecil dan minuman.
"Lia, aku minta maaf soal tadi siang. maaf ya.... Sekarang please makan dulu ya, kita belum makan dari tadi siang" kataku ke Lia. Lia hanya terdiam.
Aku bukakan makanan dan aku taruh di depannya. Aku tidak mau memaksa, takut Lia tambah marah. Aku memakan makananku sampai habis... aku lapar sekali.
"Lia.... aku bener-bener minta maaf, please maafin aku ya" kataku. Lia memandangku tajam. "Maaf ya..." ulangku. Lia menghela nafas, kemudian berkata kecil "Iya aku maafin......". Aku terseyum kecil agak dipaksakan, kemudian aku pegang tangannya dan berkata lagi. "Aku nyesel banget, maafin aku ya udah kurang ajar sama kamu. Sekarang aku mohon kamu makan dulu ya" kataku.
Lia cuma tersenyum kecil sambil menggenggam tanganku. Kemudian dia mulai memakan makanannya.
Selesai makan dan minum, Lia terdiam lagi merenung. Aku sungguh merasa tidak enak. "Lia, ada masalah lagi ?" tanyaku. Lia menggigit bibir bawahnya sambil menatapku. Tangannya ditekuk menutupi dadanya. Kemudian dia mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berkata pelan..
"Rian, aku mau yang kayak tadi siang lagi...."
Aku sungguh terkejut. "Apa ???" tanyaku tercengang.
"Ya udah kalo gak mau" katanya ketus kemudian membalik badan membelakangiku.
Aku shock, terdiam, kemudian menstater mobilku. Aku mengarahkan mobilku ke hotel yang ada didekat situ.
Selama mendaftar untuk check in sampai kamar tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua. Setelah pintu kututup, kami langsung berpelukan dengan erat.
"Lia, sebenarnya aku sayang banget sama kamu" kataku di telinganya.
"Aku juga sayang kamu Rian" jawabnya lemah.
Aku mengecup bibirnya, Lia membalas ciumanku. Tanpa canggung kali ini. Ciuman kami makin panas, ditambah aku juga meremas-remas payudaranya. "Hmnmm.. Hmmm.." lenguh Lia tertahan.
Aku mengangkat tubuh lia dan aku rebahkan ditempat tidur. Posisi kami sama seperti waktu di sofa, Lia terlentang dengan paha terbuka dan aku menindih diatasnya. Ciuman kami teruskan. Aku mencoba melepas kait bra, tapi Lia bertindak lebih. Lia membuka kausnya. Aku melepaskan kait branya saat lia melengkungkan tubuhnya keatas, kemudia bra itu aku buang ke lantai.
Aku murai meremas-remas payudara Lia sambil menciuminya hebat. Kadang-kadang aku menjilati lehernya. Lia cuma melenguh saat aku memainkan pentil payudaranya.
Lia berusaha membuka kausku, aku bantu dia dan membuang kaus itu ke lantai. Sekarang kami sudah setengan telanjang. Aku menciumi Lia lagi, sekarang kami sudah kontak kulit langsung dibagian atas tubuh.
Aku mulai menyedot-nyedot payudaranya. "Agh,.. agh.... aghk..." lenguhnya merespon sedotanku. Nafsuku sudah pol keubun-ubun, aku mencoba membuka rok yang menggangu itu. Lia membantu dengan mengangkat pinggulnya. Saat menurunkan rok itu, aku sekalian menurunkan celana dalamnya. Aku berdebar, takut Lia marah lagi. Tapi dia tersenyum, Hmm... dia tersenyum dengan keadaan bugil !
Aku naik keatas untuk menciumnya lagi, tapi ternyata Lia lebih tertarik untuk membuka kancing celanaku. "Yan buka dong, masa aku aja" katanya. Aku berdiri dan melepaskan celana panjang dan celana dalamku.
Saat aku kembali Lia terlentang dengan mengatupkan pahanya. Aku berusaha membuka pahanya, dia malah tertawa. "Mau apa ?" katanya menggoda. "he..he..he.." tawaku, tapi akhirnya dia membuka pahanya juga. Kemudian aku menempatkan diri diantara kedua paha itu.
Kemudian aku menggesek-gesekkan penisku dipermukaan vaginanya. "ehhh...ehh..." lenguh tertahan Lia pelan.
"Lia... aku masukin ya.." pintaku lembut. Lia cuma mengangguk kecil sambil menggigit bibir bawahnya. "Nanti agak sakit kayak tadi, tapi cuma sebentar kok" kataku menenangkan dia yang terlihat gugup. "Pelan-pelan ya Yan.." katanya.
Aku mengarahkan penisku ke vaginanya. Kemudian perlahan aku mulai mendorong penisku. "aaaakh..." rintih Lia "sakit yan'. Aku menarik kembali kemudian perlahan mendorongnya lagi, kali ini lebih dalam. "sakiiiiitt....." rintih Lia pelan. Hmmm sebenarnya aku kasihan, tapi bagaimana lagi, vagina Lia sempit sekali dan agak kering karena dia gugup.
Akhirnya aku dorong kuat. "AKHHHH..." teriak Lia. "Sakit Yan....". Tapi penisku sudah masuk semua. Aku diamkan penisku supaya Lia tenang dulu. Aku mulai menciuminya dan meremas-remas payudaranya. Setelah beberapa lama sepertinya sakitnya sudah hilang, badannya bergetar lagi dan lenguhannya mulai keluar "Ah...ah...ahhh...".
Aku coba menggoyang penisku perlahan, vaginanya terasa mulai basah. "Akh...akh.." lenguh Lia yang sekarang menutup matanya. Merasa vaginanya sudah cukup basah, aku mulai menggoyang penisku lebih cepat. Lia hanya menggigit bibir bawahnya sambil menggerak-gerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Bahkan sekali-sekali tangannya memegang pantatku membantu menekan penisku kedalam vaginanya.
Setelah beberapa lama dalam posisi itu, aku coba bangkit. "aaa... Rian mo kemana ?" kata Lia sambil memelukku erat. Matanya memandangku dengan tatapan tidak rela. "Ganti posisi ya biar enak" kataku. "Gini aja yan, aku pengen dipeluk...please..." katanya memohon. Aku mengurungkan niatku dan memeluknya kembali dan memulai mengeluar masukkan penisku divaginanya. Hmm... mungkin Lia memang perlu dipeluk supaya tenang, maklum kan ini pertama kalinya buat dia.
Setelah sekian lama, aku mau mencoba gaya lain. Aku mengangkat badanku kembali "Rian mo kemana ?" katanya lagi dengan nada lebih tinggi. Aku tetap mengangkat tubuhku, tubuh Lia ikut terangkat karena dia memelukku kuat. Akhirnya aku memilih untuk posisi duduk saja, dengan Lia diatas panggkuanku. Aku mulai menggoyang pinggulku. "Lia... ikut goyang ya, biar enak" kataku ke Lia. Lia mulai menggoyang pinggulnya. "Enak yan...." katanya dengan menggoyang pinggulnya lebih kencang. He..he..he.. kayaknya karena pinggulnya bebas dia menggoyang sesuai arah yang dia mau.
Akhirnya aku rebahkan tubuhku menjadi terlentang. Lia tetap menegakkan badannya dengan tanggannya menahan didadaku. Sekarang Lia menaik turunkan tubuhnya, menghujamkan penisku ke vaginanya. Kadang-kadang dia memutar pinggulnya, sepertinya dia sudah mulai menemukan titik-titik nikmat vaginanya sendiri
Tak lama Lia ambruk ke dadaku. "Aduh yan enak banget, tapi aku capek banget" katanya ngos-ngosan. Kemudian aku membalikkan tubuhnya supaya terlentang. Kini kembali aku diatasnya. Aku mulai menggenjot Lia lagi. Kali ini pinggulnya liar sekali. "Hgh..Hgh..Hgh...." lenguhnya dan tiba-tiba dia memelukku erat "AKHHHHH....." pekiknya. Lia mencapai orgasme pertamanya.
Aku menghentikkan goyanganku, memberikan Lia kesempatan menikmati orgasmenya. Perlahan pelukkannya di lepas dan tangannya direntangkan.
"Rian aku udah..." katanya pelan. Aku cuma terseyum. Wah emang perawan ting-ting... . "Sedikit lagi ya Lia..." pintaku halus. Dia cuma mengangguk pelan. Aku mulai mengoyang pinggulku lagi. He..he..he.. kali ini Lia benar-benar diam tak bergerak, wah habis puas gak mau bantu aku nih Tapi karena vaginanya licin sekali, tak lama kemudian aku sudah tidak tahan. Aku cabut penisku dan memyemprotkan spermaku diatas perutnya.
"He..he..he.. lucu.." tawanya sambil mengusap-usap spermaku diperutnya. "Wah.... " kataku. "Ya udah kita bersihin dulu yuk" ajakku ke kamar madi.
Setelah membersihkan badan dari kamar mandi, aku tidur terlentang di tempat tidur masih bugil. Lia yang masih bugil mengikutiku dan tidur diatas dadaku. Kemudian aku menarik selimut untuk kami berdua.
"Rian...." panggil Lia yang masih tidur didadaku pelan.
"Ya sayang...?" jawabku.
"Rian, kamu dah ngambil semuanya dari aku. Janji ya kamu mau nikahin aku" katanya manja.
Aku terseyum padanya dan berkata "Tentu aja sayang..." kemudian aku mengecup keningnya.
Tamat
cerita rina
Si Mas, weekend awal bulan mengajak Rina ke luar kota untuk refreshing, sementara rumah dititipkan ke adiknya Mas. Hati si Mas senang sekali, karena perut Rina sudah berisi 1 bulan. Akhirnya kita pergi ke sebuah kota peristirahatan dekat Surabaya, nggak jauh hanya 1.5 jam saja, tapi tempatnya dingin sekali. Sengaja pilih yang dingin biar tambah hot saja. Singkat perjalanan, kamar yang kami pesan mendadak sudah terisi, kontan saja si Mas marah, soalnya kamar itu pemandangannya paling bagus. Pihak hotel minta maaf, soalnya si peminta ternyata anak pejabat, jadi ya tahu sendirilah. Sebagai penggantinya kita dapat kamar yang lebih besar dengan harga kamar yang kita pesan, tapi ada connecting door-nya, no problem.
Malam pertama.. "mm it's a wild night", Mas benar-benar berhasil membuat Rina kecapaian luar biasa. Ada saja idenya untuk membuat Rina orgasme. You're perfect. Minggu pagi kita berenang, segar deh rasanya, habis semalam suntuk 'bertempur' lalu mencebur ke kolam paginya. So good pokoknya. Habis berenang kita duduk-duduk di tepian sambil pesan minuman. Nah, waktu itu mata si Mas sempat menangkap ada sepasang mata lain yang mengawasi daerah dada Rina. Oh iya, ukuran bra Rina 36B. Kontan saja si Mas bilang, "Rin, ada yang ngeliatin kamu tuh.."
"Biar saja.." Rina cuek menjawab.
"Iya.. tapi pandangannya lain, kiri kamu dua payung setelah kita. Dianya pakai kacamata."
Rina menoleh, eh.. dianya langsung menunduk, malu kali. Siangnya waktu kita makan di coffee shop ketemu lagi. Kali ini Rina yang sempat berbicara. Soalnya dia pas berdiri di depan Rina antri prasmanan.
"Mbak namanya Rina ya..?"
"Kenapa..?"
"Nggak, cuman sama dengan yang pernah saya baca di.. mana ya.. oh ya HPnya Yuri"
Dalam hati Rina ketawa luar biasa.
"Terus kenapa..?" Rina tanya lagi.
"Nggak.. Oh nama saya Tri.."
Rina pesan room service, mandi, and makan. Karena bosan Rina iseng-iseng buka kamar sebelah, eh.. bisa. Serunya ada bunyi, "Ahh.. uuhh.. uuhh.." jelas Rina tahu itu suara apa. Karena di dekat pintu ada cermin, Rina bisa tahu pasangan yang asyik "ngesex" itu. Yang cewek lagi duduk di penis cowok yang lagi tiduran. Ceweknya dengan semangat naik turun sambil teriak-teriak. "enakk.. enakk.. aahh.. ahh.. terus.." dan seterusnya. Sementara tangan cowoknya memegang pinggul cewek itu dan sesekali meremas-remas payudaranya. Duhh, Rina melihat itu sambil panas dingin. Sambil nggak sadar tangan Rina meremas-remas payudaranya sendiri, sambil membayangkan kenikmatan cewek itu diremas-remas cowoknya. Rina tutup mata untuk membayangkan itu. Biar seru jemari Rina juga main-main di dalam CD-nya. "Hmm.. so good.. so.." menggairahkan mendengar suara-suara itu, membayangkan dan memuasi diri sendiri. "Mas I miss u so much."
Rina bahkan nggak dengar waktu pintu dibuka betul. Tahu-tahu sudah ada orang yang berdiri di belakang Rina. Pasti si Mas pikir Rina waktu itu. Lalu Rina biarkan saja waktu dia melingkarkan tangannya ke depan, masuk ke daster, masuk ke BH, dan langsung "Did their job". Apalagi kalau bukan mengusap-usap and remas-remas. Rina nggak bisa teriak, habis nanti yang di sana kedengaran. Seru lho, mengintip orang "ngeseks" sambil membayangi plus dikerjain juga. Tangan-tangan itu semakin berani. BH Rina pertama lepas, habis itu daster Rina diplorotkan. "Ahh.. Mas ini pinter saja", pikir Rina. Ia juga menciumi tengkuk Rina, terus turun.. turun.. hingga ke CD. Digigitnya CD itu hingga lepas di lantai.
"Waduh.. teknik baru nih pikir Rina lagi."
"Aahh.. mass.." Rina terpaksa mendesah lirih saat ia mencium bokong Rina dan tangannya memainkan clit-nya. Takut ketahuan, Rina tutup saja pintu itu. Toh masih bisa dengar suara-suara mereka.
Rina kini berdiri mengangkang, dengan tangan bertumpu pada pintu, sementara si 'Mas' di belakang, jilatannya mulai naik lagi.
"hh.. hhgg.. ahhk.." nafas Rina yang semakin cepat serasa berhenti, soalnya tangan nakal si 'Mas' meremas pentil Rina.
Namun ada yang Rina sedikit curigai, kok bau si Mas lain ya. Waktu berangkat pakai minyak wangi A kok ini B? lagian mana suaranya? Semua itu nggak Rina anggap serius, nikmatnya itu yang Rina rasakan. "Mas.. nggak tahan nih.." Rina benar-benarnggak tahan, remasan dan permainan tangannya di payudara dan vagina Rina.
Rina dengar suara-suara melepas celana di belakang, terus buk.. bunyi celana berat jatuh di lantai.
Nah saat itu Rina baru dengar bisikannya, "Buka lagi kakinya.."
"Tidakk.. tidakk.. ini bukan Mas.. ohh.. ohh.." Rina berteriak dalam hati saat penisnya masuk ke vagina Rina.
"Ini.. ini.. lebih tebal.. hh.." Mata Rina terpejam tetap, namun dalam hati Rina menjerit-jerit. Kenapa begitu mudahnya Rina menyerah, kenapa Rina membiarkan 'rape' ini terjadi, kenapa?
"Hhgg.. gg.. aahh.." Rina secara nggak sengaja mengeluarkan erangan dan desahan. Habis jujur saja rasanya nikmat banget. Penis yang lebih tebal masuk ke vagina Rina yang sempit. Oh, rasanya.. rasanya.. Rina akhirnya memutuskan untuk diam saja menikmati kejadian itu. Cowok yang di belakang akhirnya bilang, "Mbak, mungkin rasanya Bu guru itu kayak gini ya?"
"Jangkrik.. ternyata si Tri! tebel banget penisnya", dalam hati Rina.
"mm.. mm.. oohh.. Hh.. Tri.." gerakan Tri semakin cepat saja, mungkin stamina dia nggak sekuat si Mas. Tangannya mencengkeram erat pinggang Rina. Tiba-tiba rambut Rina dijambak, ditarik ke belakang hingga Rina bisa melihat wajahnya. Tapi nggak lama dia langsung nyosor mulut Rina.
Dengan sekali sodok penisnya amblas lagi ke liang vagina Rina, kali ini dengan disertai muncratnya maninya di dalam. Deres banget lho, Rina bisa rasakan di dalam vagina.
Rina pikir habis ini pasti dia selesai. Eh nggak juga. Dia balikan Rina ke posisi semula dan mulai lagi gerakannya. Kali ini Rina nggak lagi ada perasaan melawan. Ia tarik pinggang Rina hingga menungging, doggy style.
"Ahh.. ahh.. Tri.. penis kamu gemuk.. aajhh.." Rina berbicara nggak karuan, habis nikmatnya nggak ketulungan lagi. Kebiasaan Rina memang kalau sudah mau orgasme pasti berbicara macam-macam. Kata si Mas bahwa Rina memang vokal. Tri terus menyerang Rina di posisi ini sampai akhirnya dia keluar untuk kedua kalinya, and so did I. Kami langsung rebah di lantai, Rina tindih saja si Tri, biar kapok anak itu. Berani-beraninya masuk kamar orang terus langsung "ngesex". Tapi I felt good. Dia keluar kamar kalau nggak salah 23.00.
Situasi terberat baru Rina hadapi waktu Mas datang. Dia shock juga, tapi setelah kita berbicara ternyata akhirnya dia bisa terima. Dia memang punya ide (gila) untuk swap atau swing dengan pasangan lain, dan kita sama-sama "setuju". So, kejadian ini kita anggap tidak ada masalah, dengan asumsi kedua pihak sama-sama suka.
Malam pertama.. "mm it's a wild night", Mas benar-benar berhasil membuat Rina kecapaian luar biasa. Ada saja idenya untuk membuat Rina orgasme. You're perfect. Minggu pagi kita berenang, segar deh rasanya, habis semalam suntuk 'bertempur' lalu mencebur ke kolam paginya. So good pokoknya. Habis berenang kita duduk-duduk di tepian sambil pesan minuman. Nah, waktu itu mata si Mas sempat menangkap ada sepasang mata lain yang mengawasi daerah dada Rina. Oh iya, ukuran bra Rina 36B. Kontan saja si Mas bilang, "Rin, ada yang ngeliatin kamu tuh.."
"Biar saja.." Rina cuek menjawab.
"Iya.. tapi pandangannya lain, kiri kamu dua payung setelah kita. Dianya pakai kacamata."
Rina menoleh, eh.. dianya langsung menunduk, malu kali. Siangnya waktu kita makan di coffee shop ketemu lagi. Kali ini Rina yang sempat berbicara. Soalnya dia pas berdiri di depan Rina antri prasmanan.
"Mbak namanya Rina ya..?"
"Kenapa..?"
"Nggak, cuman sama dengan yang pernah saya baca di.. mana ya.. oh ya HPnya Yuri"
Dalam hati Rina ketawa luar biasa.
"Terus kenapa..?" Rina tanya lagi.
"Nggak.. Oh nama saya Tri.."
Rina pesan room service, mandi, and makan. Karena bosan Rina iseng-iseng buka kamar sebelah, eh.. bisa. Serunya ada bunyi, "Ahh.. uuhh.. uuhh.." jelas Rina tahu itu suara apa. Karena di dekat pintu ada cermin, Rina bisa tahu pasangan yang asyik "ngesex" itu. Yang cewek lagi duduk di penis cowok yang lagi tiduran. Ceweknya dengan semangat naik turun sambil teriak-teriak. "enakk.. enakk.. aahh.. ahh.. terus.." dan seterusnya. Sementara tangan cowoknya memegang pinggul cewek itu dan sesekali meremas-remas payudaranya. Duhh, Rina melihat itu sambil panas dingin. Sambil nggak sadar tangan Rina meremas-remas payudaranya sendiri, sambil membayangkan kenikmatan cewek itu diremas-remas cowoknya. Rina tutup mata untuk membayangkan itu. Biar seru jemari Rina juga main-main di dalam CD-nya. "Hmm.. so good.. so.." menggairahkan mendengar suara-suara itu, membayangkan dan memuasi diri sendiri. "Mas I miss u so much."
Rina bahkan nggak dengar waktu pintu dibuka betul. Tahu-tahu sudah ada orang yang berdiri di belakang Rina. Pasti si Mas pikir Rina waktu itu. Lalu Rina biarkan saja waktu dia melingkarkan tangannya ke depan, masuk ke daster, masuk ke BH, dan langsung "Did their job". Apalagi kalau bukan mengusap-usap and remas-remas. Rina nggak bisa teriak, habis nanti yang di sana kedengaran. Seru lho, mengintip orang "ngeseks" sambil membayangi plus dikerjain juga. Tangan-tangan itu semakin berani. BH Rina pertama lepas, habis itu daster Rina diplorotkan. "Ahh.. Mas ini pinter saja", pikir Rina. Ia juga menciumi tengkuk Rina, terus turun.. turun.. hingga ke CD. Digigitnya CD itu hingga lepas di lantai.
"Waduh.. teknik baru nih pikir Rina lagi."
"Aahh.. mass.." Rina terpaksa mendesah lirih saat ia mencium bokong Rina dan tangannya memainkan clit-nya. Takut ketahuan, Rina tutup saja pintu itu. Toh masih bisa dengar suara-suara mereka.
Rina kini berdiri mengangkang, dengan tangan bertumpu pada pintu, sementara si 'Mas' di belakang, jilatannya mulai naik lagi.
"hh.. hhgg.. ahhk.." nafas Rina yang semakin cepat serasa berhenti, soalnya tangan nakal si 'Mas' meremas pentil Rina.
Namun ada yang Rina sedikit curigai, kok bau si Mas lain ya. Waktu berangkat pakai minyak wangi A kok ini B? lagian mana suaranya? Semua itu nggak Rina anggap serius, nikmatnya itu yang Rina rasakan. "Mas.. nggak tahan nih.." Rina benar-benarnggak tahan, remasan dan permainan tangannya di payudara dan vagina Rina.
Rina dengar suara-suara melepas celana di belakang, terus buk.. bunyi celana berat jatuh di lantai.
Nah saat itu Rina baru dengar bisikannya, "Buka lagi kakinya.."
"Tidakk.. tidakk.. ini bukan Mas.. ohh.. ohh.." Rina berteriak dalam hati saat penisnya masuk ke vagina Rina.
"Ini.. ini.. lebih tebal.. hh.." Mata Rina terpejam tetap, namun dalam hati Rina menjerit-jerit. Kenapa begitu mudahnya Rina menyerah, kenapa Rina membiarkan 'rape' ini terjadi, kenapa?
"Hhgg.. gg.. aahh.." Rina secara nggak sengaja mengeluarkan erangan dan desahan. Habis jujur saja rasanya nikmat banget. Penis yang lebih tebal masuk ke vagina Rina yang sempit. Oh, rasanya.. rasanya.. Rina akhirnya memutuskan untuk diam saja menikmati kejadian itu. Cowok yang di belakang akhirnya bilang, "Mbak, mungkin rasanya Bu guru itu kayak gini ya?"
"Jangkrik.. ternyata si Tri! tebel banget penisnya", dalam hati Rina.
"mm.. mm.. oohh.. Hh.. Tri.." gerakan Tri semakin cepat saja, mungkin stamina dia nggak sekuat si Mas. Tangannya mencengkeram erat pinggang Rina. Tiba-tiba rambut Rina dijambak, ditarik ke belakang hingga Rina bisa melihat wajahnya. Tapi nggak lama dia langsung nyosor mulut Rina.
Dengan sekali sodok penisnya amblas lagi ke liang vagina Rina, kali ini dengan disertai muncratnya maninya di dalam. Deres banget lho, Rina bisa rasakan di dalam vagina.
Rina pikir habis ini pasti dia selesai. Eh nggak juga. Dia balikan Rina ke posisi semula dan mulai lagi gerakannya. Kali ini Rina nggak lagi ada perasaan melawan. Ia tarik pinggang Rina hingga menungging, doggy style.
"Ahh.. ahh.. Tri.. penis kamu gemuk.. aajhh.." Rina berbicara nggak karuan, habis nikmatnya nggak ketulungan lagi. Kebiasaan Rina memang kalau sudah mau orgasme pasti berbicara macam-macam. Kata si Mas bahwa Rina memang vokal. Tri terus menyerang Rina di posisi ini sampai akhirnya dia keluar untuk kedua kalinya, and so did I. Kami langsung rebah di lantai, Rina tindih saja si Tri, biar kapok anak itu. Berani-beraninya masuk kamar orang terus langsung "ngesex". Tapi I felt good. Dia keluar kamar kalau nggak salah 23.00.
Situasi terberat baru Rina hadapi waktu Mas datang. Dia shock juga, tapi setelah kita berbicara ternyata akhirnya dia bisa terima. Dia memang punya ide (gila) untuk swap atau swing dengan pasangan lain, dan kita sama-sama "setuju". So, kejadian ini kita anggap tidak ada masalah, dengan asumsi kedua pihak sama-sama suka.
Langganan:
Postingan (Atom)